Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Money

Pak Gomar Gultom, Sang Perajut Tenun Perdamaian

15 Mei 2018   14:38 Diperbarui: 15 Mei 2018   20:05 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wartakota.tribunnews.com

Minggu (13/5/2018) pagi pukul 07.00, Surabaya memerah. Rentetan pengeboman yang terjadi di kota Pahlawan dan Sidoarjo, Jawa Timur, menewaskan belasan orang tak berdosa. Kota yang biasanya damai dan terkenal guyub itu tiba-tiba dikoyak oleh segelintir orang dengan pikiran sesatnya. 

Warga Surabaya pantas marah. Apakah salah mereka sehingga harus engkau bunuh?

Aksi teror bom Surabaya pada Minggu pagi itu sontak menuai banyak kecaman. Rasa geram banyak diungkapkan orang-orang di laman-laman medsos. Doa dikumandangkan ke langit ibu pertiwi agar negeri ini terus aman, damai, guyub, hidup dalam cinta dan kasih. 

Dengan dalih apapun, teror bom di Surabaya adalah tindakan sangat keji, sadis, tidak beradab, terkutuk, bertentangan dengan nilai-nilai agama manapun, dan diluar batas kemanusiaan. 

Bukan hanya warga Surabaya dan Indonesia saja yang berbela sungkawa, tapi dunia ikut berduka. Paus Francis sebagai pimpinan tertinggi umat Katholik di dunia, menyampaikan rasa belasungkawanya atas tewasnya orang-orang tak berdosa itu.

Banyak mata berkilauan karena air yang menggenang, terutama bagi mereka pemeluk agama Kristen. Siapapun pantas merasa kuatir pasca serangan teror itu, termasuk saya, karena terror itu bukan soal berapa yang meninggal semata, tetapi serangan itu bisa dengan mudah mengoyak perdamaian umat lintas agama. Ini berbahaya. Namun, ternyata dugaan saya salah (semoga). 

Diantara ramainya tagar PrayforSurabaya, diantara sekian banyak kisah-kisah duka yang menyayat (saya benar-benar terharu membaca kisah meninggalnya kakak beradik Nathan dan Evan -- bagaimana jika mereka berdua adalah anak-anak saya?) diantara kumandangnya doa, saya terharu mendengarkan pernyataan pak Gomar Gultom. Beliau adalah Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI).

Pasca teror bom, Pendeta Gomar Gultom, menyampaikan duka cita mendalam kepada semua korban tindakan kekerasan di Kota Surabaya Surabaya. "Semoga semua keluarga diberikan kekuatan oleh Yang Maha Kuasa," kata Pendeta Gomar melalui keterangan tertulis, Minggu (13/5/2018).

Pendeta Gomar mengatakan, tindak kekerasan dengan alasan apapun tidak akan pernah mampu menyelesaikan masalah. Ia menerangkan, tindakan kekerasan hanya akan melahirkan lingkaran kekerasan yang pada akhirnya menuju kehancuran. "Lihatlah Suriah yang luluh lantak oleh kekerasan demi kekerasan," katanya.

Ia melanjutkan, sesungguhnya tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan pembunuhan. Ia menegaskan, agama apapun mengajarkan kemanusiaan, damai dan cinta kasih. 

"Kesesatan berpikirlah yang membawa penganut agama melakukan kekerasan dan tindak terorisme," katanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun