Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anies yang Justru Diuntungkan Insiden 30 Detik di GBK

20 Februari 2018   10:14 Diperbarui: 20 Februari 2018   10:24 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar; aceh.tribunnews.com)

Sejak Presiden Joko Widodo melantik Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada Senin (16/10/2017) di Istana Negara, publik tak henti-henti mengkritik kebijakan dan program yang digulirkan keduanya.

Program penataan Tanah Abang adalah peluru pertama. Anies menjadi sasaran kritik banyak pihak karena sejak Jumat, 22 Desember 2017, Anies memutuskan menutup jalan Jatibaru Raya, mulai pukul 08.00 sampai 18.00. Banyak pihak menilai penutupan jalan Jatibaru telah menabrak sejumlah aturan, termasuk undang-undang dan Peraturan Pemerintah tentang Jalan.

Kontroversi proyek reklamasi Teluk Jakarta adalah peluru kedua. Surat bernomor 2373/-1.794.2 yang ditandatangani Anies tanggal 29 Desember 2017 yang meminta Badan Pertanahan Nasional (BPN) membatalkan sertifikasi Hak Guna Bangunan terhadap tiga pulau reklamasi Teluk Jakarta menuai beragam reaksi dan komentar. Beberapa pakar Hukum Agraria juga mempertanyakan sikap Pemprov DKI Jakarta yang dianggap labil

Selanjutnya, pada Kamis 18 Januari 2018, Anies melakukan groundbreaking  rumah DP Rp 0 yang pertama di Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Groundbreaking itu sekaligus menjadi pembuktian Anies pada salah satu janjinya pada Pilkada 2017 silam. Program rumah DP Rp 0 masih ramai dibicarakan hingga hari ini, karena kontroversi soal bentuk hunian, soal pembiayaan dan soal bunga/cicilan.

Yang terakhir soal becak. Alih-alih ingin memanjakan wong cilik, kebijakan Anies soal becak justru banyak disorot. Tidak pengamat tidak rakyat, semua tiba-tiba bicara tentang becak. Ada yang melihat hal itu sebagai kemunduran karena sekarang Pemerintah Jokowi sedang gencar-gencarnya membangun transportasi massal, mengapa tiba-tiba harus ada becak? Mengapa Anies tidak menjajal "park and ride" seperti yang digagas Risma?

Kesimpulannya, Anies seperti tampak tersandera. Janji-janji kampanye Pilkada DKI 2017 membuatnya tampak sulit 'bekerja'.

Namun, ternyata, tidak dengan kejadian di warung kopi dekat kosan saya tadi malam. Tukang ojek, tukang bakso, pekerja kantoran hingga pemilik kosan berbicara tentang Anies. Mereka, agaknya, kurang bisa menerima cara panitia memerlakukan Anies di panggung Piala Presiden. 

Seperti diketahui, belakangan beredar luas video yang menampilkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terhalang paspampres saat hendak turun menuju podium untuk memberikan ucapan selamat atas kemenangan Persija dalam laga Piala Presiden. Dalam video terlihat anggota Paspampres "mencegah" Gubernur Jakarta Anies Baswedan untuk turun mendampingi Presiden.

"Perlakuan yang diterima Anies tak semestinya. Kuatirkah Anies menjadi terkenal?"  

Aku menikmati obrolan mereka. Meski suara Televisi di pojok warung sangat keras, namun aku bisa mendengar dengan jelas semua yang ada di warung itu menaruh simpati kepada Anies.   

"Kurang elegan cara-cara seperti itu," kata mereka.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun