Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rohingya yang Seksi

11 September 2017   20:12 Diperbarui: 12 September 2017   07:52 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Entah kenapa saya (pura-pura) tidak tahu, bahwa setiap krisis kemanusiaan yang dilabeli agama pasti nampak seksi bagi banyak orang. Ceritanya menjadi viral, dan selalu menarik minat orang untuk menuliskannya, mengomentari, mengamini dan sanggup membuat orang bergerak, berteriak dan berkonvoi di jalan-jalan.

Lalu, bagaimana dengan krisis kemanusiaan yang tidak diberi label? Benarkah ceritanya juga akan diperbincangkan dan menarik simpati orang-orang?

Seandainya, ya seandainya, krisis kemanusiaan yang demikian hebat yang pernah terjadi di Rwanda pada tahun 1994 itu terulang sekarang, apakah ia juga akan diperbincangkan dan menarik simpati orang? Benarkah kisahnya akan ditulis dan ditangisi orang? Benarkah orang-orang akan turun ke jalan menghujat pembantaian itu?

Saya hampir yakin, tanpa pemberian label agama, tragedi Rwanda pasti tidak akan menarik. Bakal tidak ada foto-foto dan tak ada orang yang akan turun ke jalan menghujat pembantaian itu. Sekedar mengingatkan pembaca, pada waktu itu, hampir satu juta orang dibunuh dalam waktu hanya beberapa bulan. Angka korban nya jauh 'lebih dramatik' daripada Rohingya.

Tidak percaya pendapat saya?

Jika masih belum percaya, coba tengok tragedi Yaman. Tanpa promosi dan label agama, kisah Yaman tak menarik orang. Tak ada yang turun ke jalan. Tidak ada foto-foto bertebaran. Sepi.

Padahal, bukankah di sana juga ada ribuan muslim yang tewas dan ratusan ribu lainnya mengungsi?

Kemarin sebuah foto tentang Rohingya mampir di mesin android saya. Saya yakin, ini adalah satu dari sekian belas ribu gambar yang mengisi dan menyebar dengan cepat di media-media sosial. Tetapi, sedikitpun saya tak ada niat untuk me-share dan me-like. Saya mungkin bagian kecil dari sedikit orang-orang yang secara kritis mempertanyakan tentang kebenaran foto itu, sebelum me-share.

Selain itu, saya sangat ingat beberapa waktu lalu ketika orang-orang menyebarkan foto seorang anak yang dikabarkan dari Irak, atau Pakistan, atau Palestina, atau Suriah. Belakangan diketahui foto itu ternyata adalah foto lama dari anak yang merupakan korban ledakan di tempat yang lain. Ada lagi foto korban bencana alam yang kemudian diedit seolah-olah korban pembantaian umat beragamana tertentu.

Percayakah anda bahwa saya pernah menghabiskan hampir satu setengah jam untuk berdiskusi dan menjelaskan kepada salah satu teman saya soal perkara ini? Soal mengapa tragedi yang ini ramai diperbicangkan di media dan yang itu tidak?  

"Dari sekian banyak krisis kemanusiaan, mengapa hanya krisis yang tertentu saja yang menjadi viral lalu ramai diperbicangkan? Mengapa kita memilih-milih?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun