Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Surat Al Fatiha Aksara Cina, Masjid India dan Kampung Cina

12 Februari 2016   09:34 Diperbarui: 12 Februari 2016   09:48 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Perjalanan siang ini membawa saya ke sebuah kawasan di Singapura yang bernama China Town atau Kampung Cina. Untuk menuju kesana juga sangat mudah karena cukup naik MRT menuju stasiun China Town . Stasiun ini kebetulan berada di North East Line yang membentang sampai ke bagian timur laut pulau ini di Punggol.

Dari stasiun saya menyusuri jalan-jalan yang ramai dengan berbagai jenis toko, restoran, dan juga gerai dan lapak kakilima yang menjual bermacam-macam jenis produk. Singkatnya bagaikan toko serba ada di sepanjang jalan. Suasana sangat meriah. Ada toko khusus cenderamata Tintin, ada juga museum uang, dan tentunya berbagai jenis kuliner yang menggoda selera.
Saya berjalan terus samai melewati sebuah Pura Hindhu yang warnanya sangat meriah dan kemudian sampai ke Mosque Street.

Di pojok jalan dan bersimpangan dengan South Bridge Road ini terletak sebuah masjid yang cukup besar dan menjadi sangat ikonik dengan dua buah menaranya yang khas berwarna hijau.Untuk menikmati pemandangan dengan lebih menyeluruh, saya harus menyebarang jalan dan kemudian mengamatinya secara saksama. Hal unik pertama adalah bentuk kedua menaranya yang berbentuk oktagon alias persegi delapan. Menara ini bertingkat tujuh dengan di masing-masing tingkat dihiasi mihrab mini yang indah. Sementara di atas kedua menara adah kubah kecil berbentuk bawang Bombay.


Tepat di atas pintu masuk, menghubungkan kedua menara tersebut, ada hiasan berbentuk istana mini model India dengan hiasan-hiasan berbentuk pintu dan jendela yang khas. Lengkap dengan pintu gerbang dan dua menara kecil yang memberi kesan bahwa masjid ini memiliki hubungan erat dengan masyarakat Chulia atau India Selatan yang pertama kali membangunnya pada awal abad ke 19.

Saya memasuki masjid yang memiliki banyak nama ini, Nama resminya adalah Masjid Jamae, tetapi disebut juga Masjid Chulia atau di kalangan suku Tamil terkenal dengan nama Maideen Mosque atau Big Mosque. Di halaman atau beranda, terdapat beberapa pengumuman dan juga sebuah Surat Al Fatihah dalam Aksara Cina. Di bawahnya terjemahan Bahasa Inggris Surat yang menjadi pembuka Kitab Suci Al-Quran tersebut. Informasi mengenai sejarah dan nama-nama masjid ini ada dalam brosur yang saya jumpai di beranda.

Memasuki ruang sholat saya terpaku dengan hamparan karpet berwarna hijau dan tiang-tiang bulat besar yang mengingatkan kita akan bangunan model neo-klasik di Eropa. Tidak salah lagi bahwa masjid ini memiliki arsitektur campuran antara model India Selatan dan juga Eropah. Di sisi samping dapat dilihat ubin dan juga jendela-jendela yang memiliki unsur Cina.

Di langit-langit yang berwarna putih, ada beberapa kipas angin besar yang terus berputar, sementara di dinding sekeliling masjid dihiasai dengan kaligrafi Asmaul Husna. Di bagian depan juga ada kaligrafi nukilan beberapa ayat Al-Quran lengkap dengan terjemahan dalam Bahasa Inggris. “Verily, in the rememberance of Allah do hearts find rest (The Holy Quran 13:28)”, demikian salah satunya menyitir Surah Ar-Ra’ad ayat ke 28 itu.

Sebagian besar dinding dicat warna hijau muda dengan bagian bawahnya ditutupi keramik warna hijau tua. Sementara pintu-pintu kayu yang besar berwarna hijau tua terbuka lebar-lebar sehingga memberikan sirkulasi udara yang baik kedalam ruanagan masjid ini. Mihrabnya juga sederhana dan sebuah mimbar dari kayu berwarna cokat tua kehtaman terletak di sampingnya. Di kedua sudut , ada jam besar yang terbuat dari kayu berplitur warna coklat muda.


Singkat kata, hampir seluruh bangunan masjid, baik menara, tembok, dan karpet memiliki nuansa hijau yang dominan. Siang itu tidak banyak jamaah yang sedang sholat, maklum waktu Dzuhur sudah lewat, sementara Azhar belum masuk. Hanya ada beberapa orang etnis Tamil yang terlihat sedang duduk tahiyat akhir.

Selesaai sholat, saya sempatkan mengembara ke sekeliling masjid, Ternyata di masjid ini ada juga sebuah makam tokoh muslim Tamil yang bernama Muhammad Salih Valinvah. Mungkin ulama yang merupakan pendatang pertama di negri pulau ini di abad ke 19. Lalu dari beranda ada sebuah tangga yang menju ke teras di tingkat atas dimana azan dikumandangkan sebelum diketukannya pengeras suara.

Ketika meninggalkan masjid ini, saya bertemu lagi dengan Surat Al Fatihah dengan aksara Cina dan juga tidak ketinggalan dua orang wanita yang kebetulan berprofesi sebagai pengemis. Pengemis memang jarang ada di Singapura, tetapi selain di Masjid Sultan, mereka juga hadir di Masjid Jamae Chulia yang indah, dengan menara segi delapan, dan ada di Kampung Cina.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun