Sore itu hujan turun lebat ketika saya tiba di stasiun Sudirman. Waktu masih lama jadi saya santai menunggu hujan sedikit reda. Saya sampai di CGV Grand Indonesia sekitar jam 15.45, dengan sepatu agak basah namun hati tetap hangat. Maklum malam ini saya akan ikut menyaksikan pembukaan festival film Italia 2025 Venice in Jakarta.
Karena masih ada waktu, saya beli tiket film Jumbo dulu. Film animasi Indonesia yang juga sangat laris.
Lalu malam datang. Lobi CGV mulai ramai. Di tengah keramaian itu saya ketemu Mbak Dewi Puspa. Kami sempat ngobrol, foto-foto di depan backdrop festival---hal-hal kecil yang menyenangkan terutama ngobrol tentang kisah perjalanannya ke Lampung dalam beberapa minggu terakhir ini membuat malam jadi lebih hangat.
Jam 7 malam, Studio 4 sudah mulai dibuka, dan kami dipersilahkan masuk. Sebelum lampu dimatikan, Duta Besar Italia untuk Indonesia, Roberto Colamine, menyampaikan sambutan. Ia bicara tentang bagaimana sinema bisa jadi jembatan budaya. Saya ingat satu kalimatnya yang sederhana tapi kena:
"Film mempunyai kekuatan untuk membangun semangat masyarakat dimana film- film Italia yang erat menangkap realitas orang orang Italia, berhasil menciptakan semangat berjuang bagi masyarakat nya."
Il tempo che ci vuole -- Film Pembuka yang Diam-Diam Menyentuh
Film pembuka malam itu berjudul Il tempo che ci vuole (The Time It Takes), karya Francesca Comencini. Film ini tidak ramai, tidak heboh. Tapi justru di situ kekuatannya. Ia seperti cerita yang pelan-pelan merembes masuk, tentang seorang perempuan yang mengingat masa kecil dan hubungan rumit dengan sang ayah. Pada awalnya film ini terasa sedikit membosankan, namun makin lama makin menarik.
Tidak ada plot besar, tapi setiap adegan seperti potongan kenangan yang sunyi---kadang menyakitkan, kadang menghangatkan. Film ini mengajak kita duduk diam dan merenung, bukan untuk memahami sepenuhnya, tapi cukup untuk merasa.
Film ini adalah semacam memoar visual, tentang hubungan antara anak perempuan dan ayahnya, disampaikan dalam fragmen kenangan, dialog yang terputus, dan tatapan kosong yang lama. Kadang terasa seperti puisi visual, kadang seperti mimpi yang tak selesai. Tapi justru di situlah kekuatannya. Film ini tidak memaksa kita untuk "mengerti", tapi mengajak kita untuk merasakan. Salah satu momen paling menyentuh adalah ketika sang ayah mengetahui bahwa putrinya sempat menjadi pecandu narkoba.
Tujuh Film Italia, Tujuh Rasa Berbeda
Festival ini menayangkan tujuh film pilihan dari Italia, dan semuanya bisa ditonton gratis di Jakarta (CGV Grand Indonesia & Istituto Italiano di Cultura) serta Yogyakarta (IFI-LIP). Berikut daftarnya:
Il tempo che ci vuole (The Time It Takes) -- Drama sunyi penuh refleksi yang membuka festival.
La provinciale (The Wayward Wife) -- Film komedi klasik tahun 1953 yang dibintangi Gina Lollobrigida, akan menjadi film penutup festival di CGV Grand Indonesia. Ini yang paling saya tunggu!
Iddu (The Sicilian Letters ) ini menjadi satu-satunya film bergenre action thriller di Italian Film Festival 2025.