Suasana Hati Setelah Maaf-Maafan di Hari Lebaran: Formalitas atau Kelegaan yang Nyata?
Hari Raya Idul Fitri selalu identik dengan tradisi saling memaafkan. Ungkapan "mohon maaf lahir dan batin" terdengar di mana-mana, baik secara langsung, melalui pesan singkat, atau unggahan di media sosial. Tapi, bagaimana sebenarnya suasana hati setelah ritual maaf-maafan ini? Apakah sekadar formalitas, atau ada kelegaan batin yang benar-benar terasa?
Bagi sebagian orang---termasuk saya---maaf-maafan di hari Lebaran bisa jadi hal yang biasa saja, terutama dengan orang-orang yang jarang bertemu. Misalnya, saudara atau teman yang hanya bersua setahun sekali. Karena interaksi minim, peluang untuk saling menyakiti juga kecil. "Ya, maaf-maafan sih sebagai simbolik saja, toh kita juga nggak pernah konflik," begitu pikir saya. Tapi bagaimana dengan dinamika maaf-maafan di dunia yang lebih dekat dengan keseharian kita?
Maaf-Maafan di Media Sosial: Formalitas atau Sungguhan?
Bagi yang aktif di media sosial, kirim-kirim ucapan maaf via WhatsApp, Instagram, atau Facebook mungkin sudah jadi rutinitas tahunan. Copy-paste broadcast message, tambahkan emoticon hati, lalu kirim ke semua kontak---selesai. Terkesan formalitas, ya? *"Yang penting sudah minta maaf, meski nggak terlalu personal."*
Tapi bagi yang pernah berkonflik di dunia maya---entah karena salah paham, debat panas, atau saling *ignore*---momen maaf-maafan Lebaran bisa jadi pintu untuk *reset* hubungan. Misalnya, ada teman yang sempat *unfollow* gara-gara beda pendapat politik, atau mantan rekan kerja yang hubungannya renggang karena kesalahpahaman. Ketika salah satu pihak mengirim pesan maaf, meski singkat, ada perasaan *"Ah, akhirnya..."* yang bikin hati lebih plong.
Tidak harus langsung akrab lagi, tapi setidaknya beban "kita masih bermusuhan" jadi berkurang. Di sinilah maaf-maafan Lebaran---meski lewat medsos---bisa punya makna lebih dari sekadar formalitas.
Maaf-Maafan dengan Keluarga dan Orang Terdekat: Kelegaan yang Paling Terasa
Kalau dengan orang jauh maaf-maafan bisa terasa basa-basi, lain ceritanya dengan keluarga, pasangan, atau tetangga dekat. Ini adalah orang-orang yang interaksinya sehari-hari, di mana kesalahan---sengaja atau tidak---sering terjadi.
- Suami/Istri atau Anak: Dalam rumah tangga, pertengkaran kecil sering terjadi. Mulai dari soal siapa yang lupa beli kebutuhan rumah, sampai kesalahpahaman yang bikin diem-dieman semalaman. Saat Lebaran, saling memaafkan bisa jadi momen untuk melepas dendam kecil yang menumpuk. "Aku juga minta maaf kalau kemarin marah-marah nggak jelas," ujar suami sambil tersenyum. Begitu mendengar itu, hati istri pun terasa lebih ringan.