Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Mengapa Popcorn Jadi Camilan di Bioskop

25 Maret 2025   18:15 Diperbarui: 25 Maret 2025   18:15 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Popcorn : ilustrasi AI


Awal Mula Popcorn Sebagai Camilan

Popcorn, atau jagung berondong, sebenarnya bukan makanan baru. Orang-orang asli Amerika, terutama suku Aztec dan Maya, telah mengonsumsi popcorn selama ribuan tahun. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa biji jagung yang bisa meletup ini telah digunakan sejak 5.000 tahun yang lalu. Mereka tidak hanya memakannya sebagai camilan tetapi juga menggunakannya untuk ritual keagamaan dan dekorasi.

Ketika para penjelajah Eropa tiba di Amerika, mereka melihat bagaimana suku pribumi memasak dan menikmati popcorn. Teknik memasaknya cukup sederhana, yaitu dengan memanaskan biji jagung di atas api hingga meletup. Setelah populer di kalangan masyarakat Eropa-Amerika, konsumsi popcorn mulai meningkat pada abad ke-19, terutama setelah ditemukannya mesin pembuat popcorn oleh Charles Cretors pada tahun 1885. Mesin ini memungkinkan produksi popcorn dalam jumlah besar dengan cara yang lebih praktis.

Popcorn dan Industri Bioskop di Amerika

Pada awal perkembangan bioskop di Amerika Serikat di akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, makanan tidak diizinkan masuk ke dalam teater. Bioskop pada saat itu masih dianggap sebagai tempat eksklusif, mirip dengan opera, di mana suasana tenang dan elegan sangat dijaga. Namun, seiring meningkatnya popularitas film, bioskop mulai menarik lebih banyak penonton dari berbagai kalangan, termasuk kelas pekerja yang ingin mencari hiburan murah.

Di masa Depresi Besar tahun 1930-an, ketika ekonomi Amerika sedang terpuruk, bioskop menjadi salah satu bentuk hiburan yang tetap terjangkau bagi masyarakat. Para pedagang kaki lima melihat peluang besar dan mulai menjual popcorn di luar gedung bioskop. Karena harganya murah dan mudah dibawa, banyak penonton membeli popcorn sebelum masuk ke dalam bioskop. Melihat tren ini, pemilik bioskop akhirnya mengizinkan penjualan popcorn di dalam gedung sebagai cara untuk meningkatkan pendapatan.

Pada saat itu, tiket bioskop mungkin hanya seharga 5 atau 10 sen, tetapi penjualan popcorn bisa menghasilkan keuntungan lebih besar. Seiring waktu, hampir semua bioskop mulai menjual popcorn secara resmi, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari pengalaman menonton film. Hingga kini, bioskop masih mendapatkan sebagian besar keuntungannya dari penjualan makanan dan minuman, bukan dari tiket film itu sendiri.

Perkembangan Popcorn di Bioskop Indonesia

Di Indonesia, budaya menikmati popcorn di bioskop berkembang jauh lebih lambat dibandingkan di Amerika Serikat. Bioskop di Indonesia pada tahun 1960-an hingga 1980-an lebih mirip dengan konsep awal bioskop Amerika, di mana makanan dan minuman tidak begitu populer di dalam ruangan teater. Pada masa itu, bioskop lebih dikenal dengan jajanan di luar gedung, seperti gorengan, kacang, dan minuman botol yang bisa dinikmati sebelum atau sesudah menonton.

Bahkan pada era 1980-an dan 1990-an, banyak orang yang pergi ke bioskop lebih fokus pada pengalaman menonton film itu sendiri tanpa harus membeli camilan. Para pedagang kaki lima masih menjadi sumber utama jajanan bagi penonton bioskop. Orang-orang lebih terbiasa makan sebelum atau setelah menonton, bukan sambil menikmati film.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun