Setelah mampir sejenak di kompleks mausoleum Sheikh Mushlihiddin, saya memutuskan sejenak kembali ke Panjshanbe Bazaar dan melihat-lihat pasar terbesar di Khujand yang juga konon tertua di Tajikistan.
Nama "Panjshanbe" sendiri berarti "Hari Kamis" dalam bahasa Tajik dan Persia, yang menunjukkan bahwa pasar ini dulunya berkembang dari pasar mingguan yang diadakan setiap hari Kamis.
Sejenak , saya mengamati bazaar ini dar luar. Bangunan utama pasar memiliki arsitektur khas era Soviet dengan kubah besar yang dihiasi motif geometris, mengingatkan pada desain bazaar tradisional Asia Tengah tetapi dengan sentuhan monumental Soviet.
Di dalam Panjshanbe Bazaar, pengunjung bisa menemukan berbagai barang dagangan lokal, mulai dari buah dan sayur segar, rempah-rempah, kacang-kacangan, daging, hingga roti tradisional Tajik (non). Suasana di dalam pasar selalu sibuk, dengan para pedagang yang ramah menawarkan barang dagangan mereka, sering kali dalam bahasa Tajik atau Rusia.
Pasar ini bukan hanya pusat perdagangan, tetapi juga tempat sosial bagi masyarakat lokal. Di sinilah warga bertemu, berbincang, dan bernegosiasi, menjadikannya jantung kehidupan kota Khujand selama berabad-abad.
Mengunjungi Panjshanbe Bazaar adalah pengalaman yang tak boleh dilewatkan bagi siapa pun yang ingin memahami budaya dan kehidupan sehari-hari di Tajikistan.
Mengenang Para Pahlawan: Monumen Perang Dunia II di Khujand
Setelah sejenak melihat-lihat pasar, saya kembali berjalan menuju ke lapangan luas yang ada di depannya..
Di tengah alun-alun yang cantik ini, sebuah monumen megah berdiri kokoh, menarik perhatian dengan reliefnya yang dramatis dan simbolisme sejarah yang kuat.
Tugu ini adalah Monumen Perang Dunia II atau Fallen Heroes Memorial, yang dibangun untuk menghormati warga Tajikistan yang gugur dalam perang melawan Nazi Jerman. Uni Soviet kehilangan jutaan nyawa dalam konflik tersebut, dan banyak pemuda dari Tajikistan yang dikirim ke garis depan. Monumen ini menjadi saksi bisu pengorbanan mereka. Konon selama perang dunia dar 1941 hingga 1945, ratusan ribu rakyat dan pemuda Tajik ikut berjuang melawan Nazi Jerman dan mengorbankan jiwa mereka untuk negeri Soviet.