Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Jabodetabek dan Los Angeles

5 Maret 2025   19:18 Diperbarui: 5 Maret 2025   19:18 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir : liputan6.com

Banjir besar yang melanda wilayah Jabodetabek pada 4 Februari 2025 menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai penyebabnya. Apakah ini merupakan azab, cobaan, atau murni bencana alam?

Kerusakan Lingkungan dan Faktor Alam

Secara ilmiah, banjir yang terjadi disebabkan oleh kombinasi faktor alam dan ulah manusia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat curah hujan ekstrem sebagai pemicu utama banjir tersebut. Hujan deras yang berkepanjangan dengan intensitas tinggi di wilayah hulu Kali Bekasi (Bogor) menyebabkan peningkatan volume air yang signifikan, memicu luapan sungai dan banjir di wilayah hilir seperti Bekasi.

Selain itu, faktor lingkungan seperti deforestasi dan urbanisasi tanpa perencanaan yang baik turut memperparah situasi. Penggundulan hutan mengurangi area resapan air, sementara pembangunan yang tidak terkontrol menghilangkan lahan hijau yang penting untuk penyerapan air hujan. Akibatnya, air hujan tidak dapat diserap dengan optimal, sehingga meningkatkan .

Refleksi dan Tindakan

Terlepas dari sudut pandang yang diambil, penting bagi kita untuk merenungkan peran manusia dalam menjaga keseimbangan alam. Kerusakan lingkungan akibat deforestasi, urbanisasi tanpa perencanaan, dan perilaku tidak bertanggung jawab lainnya berkontribusi signifikan terhadap terjadinya bencana. Oleh karena itu, diperlukan upaya kolektif untuk memperbaiki hubungan kita dengan alam, seperti reboisasi, perencanaan kota yang berkelanjutan, dan penerapan kebijakan lingkungan yang tegas.

Dengan demikian, banjir besar yang terjadi bukan hanya sekadar fenomena alam, tetapi juga cerminan dari tindakan manusia terhadap lingkungannya. Ini adalah momentum bagi kita untuk introspeksi dan mengambil langkah nyata dalam menjaga kelestarian bumi demi kesejahteraan generasi mendatang.

Lalu bagaimana jika kita hubungkan dengan kebakaran besar di Los Angeles beberapa waktu lalu? Mana yang lebih parah?

Menarik jika kita menghubungkan banjir besar di Jabodetabek dengan kebakaran hutan yang sering melanda Los Angeles. Keduanya adalah bencana alam, tetapi jika ditelusuri lebih dalam, ada benang merah yang menghubungkan keduanya: perubahan iklim dan ulah manusia yang memperparah dampaknya.

1. Perubahan Iklim sebagai Pemicu Bencana Ekstrem
Baik banjir di Indonesia maupun kebakaran di Los Angeles terjadi dalam konteks perubahan iklim global. Pemanasan global menyebabkan cuaca ekstrem lebih sering terjadi---hujan deras yang memicu banjir di Jabodetabek dan musim panas yang semakin kering di California, memicu kebakaran hutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun