Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sahur Bareng Tante Kos

4 Maret 2025   11:23 Diperbarui: 4 Maret 2025   11:23 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

 

Cerita Lucu Sahur Bujangan Kos-kosan

Pernah nggak sih, kalian merasakan yang namanya sahur penuh drama saat masih jadi bujangan kos-kosan? Kalau belum, coba bayangin deh, kamu lagi di hari-hari terakhir  bulan Ramadan, dalam beberapa hari lagi Lebaran, dan tiba-tiba harus menghadapinya tanpa persiapan matang. Gak ada istri yang siapin sahur, gak ada GoFood yang siap antar makanan, dan apesnya lagi, warung langganan yang biasa jadi tempat sahur malah tutup karena pemiliknya sudag mudik. Yup, itu adalah cerita sahur saya waktu masih bujangan di kos-kosan.  Tentu saja ini adalah cerita dari abad lampau, dan kebetulan saya masih harus kerja dan baru boleh cuti satu atau dua hari sebelu, Lebaran.   

Jadi begini ceritanya...

1. Malam Sebelumnya, Lupa Beli Makanan

Beberapa hari menjelang Lebaran, saya sudah mulai merasa tidak enak badan. Sisa-sisa pekerjaan di kantor mulai menumpuk, ditambah suasana Ramadan yang bikin perut cepat lapar. Malam itu selesai salat tarawih, saya langsung tertidur dan sama sekali lupa mempersiapkan untuk sahur.    Biasanya saya membeli di malam hari atau pergi ke warung langganan yang sudah buka untuk sahur. 

Malam itu, saya malah kebablasan. Fokus saya lebih ke tidur yang nyaman dan lenyap di atas kasur, sampai-sampai saya lupa untuk beli makanan. Sekitar jam 3 lebih, jam beker saya berdering keras.  Saya melompat bangun dan baru sadar belum punya makanan untuk sahur.  Saya segera memakai kaos dan sarung untuk segera pergi ke warung langganan tidak jauh dari tempat kos.  Tapi sayang, warung ternyata tutup karena pemiliknya sudah pulang kampung.  Bahkan jalan di sekitar tempat kos juga sangat sepi pagi itu.

2. Suasana Kos-kosan yang Sepi dan Penuh Drama

Saya kembali ke tempat kos. Waktu itu suasana kos-kosan saya sudah mulai sepi. Banyak teman-teman kos yang sudah pulang kampung, meninggalkan saya yang masih terjebak di kota untuk bekerja. Kos-kosan itu jadi terasa sunyi sekali. Saya kembali ke kamar  dan hanya ditemani suara kipas angin yang berputar-putar pelan.  Pikiran saya tetap berputar mencari cara untuk dapat makan sahur.

Ketika itu, hampir semua warung yang biasa saya beli makanan sahur sudah tutup karena para penjualnya ikut mudik. Kebingungannya makin jadi! Mau beli makanan lewat aplikasi? Oh, zaman dulu belum ada GoFood atau layanan antar makanan lainnya. Pokoknya zaman dulu itu jauh berbeda, saya hanya bisa mengandalkan warung lokal yang sudah tutup.

Saya membuka kaos dan hanya mengenakan kain sarung.  Mencoba merebahkan tubuh di kasur berharap bisa tidur lagi dan biarkan sahur lewat begitu saja. Tapi, tentunya itu nggak bisa saya lakukan. Perut yang sudah berteriak minta makan akhirnya memaksa saya untuk kembali turun ke dapur kos yang gelap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun