Taif, kota yang terletak di ketinggian Pegunungan Hijaz, terkenal dengan udaranya yang sejuk, kebun mawar, dan kuliner khasnya. Karena itu jalan-jalan atau ziarah ke Taif belumlah lengkap jika tidak mencicipi kuliner andalan kota ini.
"Sesuai janji saya, kita akan makan siang dengan menu nasi mandi," demikian pengumuman Bu Kanjeng ketika bus Samaya no 125 baru saja bergerak meninggalkan masjid Abdullah bin Abbas. Tentu saja sebelumnya ustaz Yudie sudah berjalan di lorong dari depan ke belakang bus dan menghitung jumlah jemaah untuk meyakinkan tidak ada yang tertinggal.
Bus berjalan meninggalkan pusat kota Taif melalui jalan raya no 15 ke arah kawasan Al-Hada. Sekitar 25 atau 30 menit kemudian, bus sampai di Al Hada ring road dan kemudian parkir di depan sebuah restoran. Tempat parkir ini cukup luas sehingga dapat menampung banyak kendaraan dan bus.
Turun dari bus, kami langsung naik tangga menuju lantai dua. Di sini, sebagian besar tempat duduk disediakan untuk lesehan, memungkinkan pelanggan menikmati makanan dengan gaya yang lebih santai dan tradisional. Namun, bagi yang lebih suka duduk di kursi, juga tersedia beberapa meja dengan kursi yang nyaman. Saya sekeluarga memilih duduk di kursi bersama empat orang lainnya.
Bagi mereka yang ingin merasakan udara segar khas pegunungan Taif, restoran ini juga menyediakan ruangan terbuka. Suasana di area outdoor terasa lebih sejuk, terutama saat sore atau malam hari, dengan pemandangan sekitar yang menambah kenikmatan bersantap.
Tidak berapa lama seorang pelayan datang sambil membawa minuman air mineral. Bagi yang ingin memesan minuman tambahan seperti es teh atau minuman ringan bisa membeli dengan harga 5 Riyal.
Sambil menunggu makanan saya sempat berkeliling dan melihat suasana restoran, di salah satu dinding ada menu yang dipajang dengan besar.
Menunya beragam, dengan hidangan andalan seperti mandi, mathbi , dan kebab, yang semuanya menggugah selera.
Ditambah dengan aroma daging panggang yang menggoda, tempat ini benar-benar cocok bagi siapa saja yang ingin menikmati masakan otentik dalam suasana yang nyaman.
Setelah menunggu beberapa saat dua nampan besar nasi mandi disajikan di meja kami. Melihat penampilannya saja, langsung bisa membayangkan rasanya.
Di atas nampan besar, tersaji nasi mandi yang kaya rempah dengan warna kuning keemasan, khas hidangan berbumbu saffron, kapulaga, kayu manis, cengkeh, jinten, kunyit dan masih banyak rempah lainnya. Sebagaimana kebanyakan nasi di Timur Tengah, berasnya berukuran besar karena menggunakan beras basmati.
Di atas nasi, terdapat dua jenis ayam, yang pertama dipanggang hingga kulitnya kecoklatan dan sedikit renyah, memberikan aroma smoky yang khas. Sedang yang kedua dimasak dengan cara dikukus bersama rempah-rempah, sehingga dagingnya lebih lembut dan penuh rasa.
Sebagai pelengkap, ada cabai hijau segar yang memberikan sentuhan pedas alami, serta sambal tomat khas Arab, yang memiliki rasa asam segar dan sedikit pedas untuk menyeimbangkan kelezatan nasi dan ayam.