Travelling ke Arab Saudi, khususnya Mekah dan Madinah bukan cuma soal ibadah, tapi juga pengalaman belanja yang asyik, seru dan terkadang penuh kejutan!
Di tanah Arab, kita bisa belanja pakai bahasa Indonesia, hal ini sudah lumrah karena banyaknya jemaah dari tanah air. Tetapi siapa sangka, kita juga bisa belanja dengan menggunakan harga dan pembayaran dalam rupiah. Bahkan kurs nya pun bisa fleksibel dan menggunakan pembulatan yang sederhana.
Rest Area di Jalan Bebas Hambatan: Mall Dadakan di Tengah Padang Pasir
Dalam perjalanan antara Mekah dan Madinah, bus singgah di rest area, tempat yang sekilas mirip perhentian jalan tol di Indonesia, tapi dengan sentuhan ala Arab dan sekilas tampak jauh lebih apa adanya alias sedikit spartan.
Begitu turun, kami langsung disambut penjual segala macam barang: gelang, cincin, baju, sajadah dan kacang-kacangan. Bagi yang ingin mengisi perut, tersedia gerai atau kantin yang khusus makanan khas Indonesia. Di sini ada bakso, ayam bakar, empek-empek, sate, Indomie,bakwan, tahu, dan masih banyak lagi. Harganya berkisar antara 20 hingga 25 riyal. Tentu saja bisa bayar pakai rupiah.
Yang bikin kaget, banyak pedagang teriak, "Seratus ribu aja, murah-murah!" Lah, kok pakai rupiah? Kalau tanya harga dalam riyal, bisa dapat jawaban unik, "Dua puluh riyal, tapi kalau rupiah seratus ribu aja." Coba deh hitung pakai kurs asli 1 riyal = 4.400 atau 4.500 rupiah, harusnya kan cuma 88-90 ribu? Tapi ya begitulah, kurs dadakan di Tanah Suci bisa naik jadi 1 riyal = 5.000 rupiah kalau pedagangnya lagi semangat.
Yang juga menarik di kaca gerai ini tertulis Vision 2030 Kingdom of Saudi Arabia. Ini adalah semacam cita-cita bagi negeri ini untuk menjadi negara maju pada tahun 2030. Mungkin mirip dengan Indonesia Emas 2045? Di atas bangunan ini ada tulisan Restaurant Bakso Indonesia. Tidak mengherankan karena hampir semua pelanggan yang mampir adalah orang Indonesia.