Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Merayakan HUT WKJ ke 8 di PFN Heritage

10 Februari 2025   21:16 Diperbarui: 10 Februari 2025   22:10 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam rangka delapan tahun Wisata Kreatif Jakarta, kami dari komunitas Traveller Kompasiana bersama 50 peserta lainnya berkesempatan mengunjungi Perum Produksi Film Negara (PFN), sebuah tempat bersejarah dalam industri perfilman Indonesia. Tempat ini sekarang bernama PFN Heritage dan terletak di kawasan Otista di Jakarta Timur.  
Kebetulan ketika transit di halte Cawang BNN saya ketemu mbak Devi yang kali ini berdandan keren sekali.  

Kami berdua naik TransJakarta no 5D menuju halte Gelanggang Remaja. Lokasi PFN Heritage hanya sekitar 200 meter berjalan kaki dari sini.

Ketika kami tiba, sudah cukup banyak teman teman yang sampai. Ada Mas Agung Han, Mbak Dewi Puapandan tentu saja Pak Sutiono dan Mbak Linda. Di dalam ruangan besar yang kemudian nanti kami ketahui bernama Black Box, yang merupakan tempat pemutaran film dengan layar besar dipajang banyak alat -alat pembuat film jadul.  

Boneka si Unyil : dokpri 
Boneka si Unyil : dokpri 

Namun yang menarik adalah boneka Si Unyil dan kawan-kawan seperti Melani, Usroh dan Pak Ogah. Tentu saja kami tidak melewatkan kesempatan secara bergantian untuk berfoto bersama Si Unyil.

Setelah registrasi, kami disambut oleh Pak Iwan Setiawan Head of Aset dan Manajemen PFN, yang memberikan gambaran singkat mengenai sejarah PFN, mulai dari era kolonial hingga saat ini.

Sejarah Singkat PFN
Pak Iwan menjelaskan bahwa perjalanan PFN dimulai pada tahun 1934 di masa kolonial Belanda. Pada masa itu bernama Java Pacific Film dan konon merupakan fasilitas produksi film terbesar di Asia Tenggara. Salah satu film  yang terkenal adalah Pareh.  Pada masa itu juga sempat diproduksi film berjudul Terang Boelan yang cukup sukses pada 1937.
Kemudian, pada tahun 1943-1945, Jepang mengambil alih dan menggunakan fasilitas ini untuk propaganda. Pada masa ini dinamakan Nippon Eigasha Djakarta.
Setelah Indonesia merdeka, fasilitas ini diambil alih pemerintah dan berganti nama menajiskan Berita Film Indonesia sampai akhirnya pada 1957 menjadi Produksi Film Negara atau  PFN.
Sejak 1975 kembali berganti nama menjadi Pusat Produksi Film Negara dan kemudian pada tahun 1988 resmi menjadi BUMN hingga akhirnya berubah menjadi Persero pada tahun 2023.

PFN Heritage : dokpri
PFN Heritage : dokpri

Menjelajahi PFN Heritage
Kami diajak berkeliling ke tiga lokasi gedung PFN Heritage, area yang menyimpan banyak kenangan tentang industri film Indonesia. Salah satu gedung yang kami kunjungi adalah tempat pembuatan dan pemutaran film Si Unyil pada era 1980-an. Tidak hanya itu, kami juga melihat boneka asli Si Unyil, yang menjadi ikon budaya anak-anak Indonesia pada masanya.
Sementara itu di bagian lain  terdapat poster-poster film klasik, seperti " Bung Hatta," "Layar Terkembang," dan "Kairo," sebuah film yang mengisahkan kehidupan Gus Dur. Juga ada poster film "Hoegeng " lengkap dengan anekdot hanya ada tiga Polisi yang jujur.  

Poster -poster ini memberikan gambaran tentang perkembangan sinema Indonesia dari masa lampau. .
Setelah itu kamu  kembali diajak berkeliling dan melihat gedung merah putih yang merupakan deretan tempat yang disewakan untuk perkantoran. Di bagian belakang juga ada lokasi yang sedikit menyeramkan dan cocok untuk lokasi studi g film horor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun