Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berkunjung ke Kampung Indonesia di Pusat Kota Taipei

21 Januari 2023   17:04 Diperbarui: 21 Januari 2023   17:06 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan Sepi di Pusat Kota Taipei: Dokpri

Taipei Main Station merupakan stasiun pusat yang menjadi tempat bertemunya berbagai moda transportasi di ibu kota Taiwan.  Di sini bertemu baik Taipei Metro dan juga Taoyuan Airport MRT, Kereta Api TRA (Taiwan Railway Adiminitration) atau KAI-nya Taiwan, dan kereta cepat Taiwan atau Taiwan High Speed Rail dan juga terminal bus Taipei yang menghubungkan kota Taipei dan Bandara Taoyuan. 

Singkatnya stasiun ini dapat disamakan dengan KL Sentral, Shinjuku atau kalau di Jakarta adalah Stasiun Manggarai beberapa dekade mendatang.

Nah di sini pula saya kebetulan mengembara sore itu setelah seharian berkunjung ke beberapa tempat di kawasan pulau Taiwan, termasuk mampir ke Cihu, alias tempat mantan presiden Taiwan Chiang Kai Shek dan putranya Chiang Ching Kuo dimakamkan,   Dari sini saya tinggal naik Taipei metro beberapa stasiun lagi menuju hotel.

Stasiun MRT Taipei Main Station: Dokpri
Stasiun MRT Taipei Main Station: Dokpri

Namun saya memutuskan untuk sekedar berjalan-jalan di sekitar kawasan Taipei Main Station ini. Ah sudah sangat banyak yang berubah kalau dibandingkan kunjungan saya pertama kali ke Taiwan di tahun 1988. 

Kalau itu hanya ada Airport Bus yang menghubungkan Bandara dengan Kota Taipei dan di tengah malam buta saya baru tiba di stasiun ini untuk melanjutkan perjalanan dengan kereta api ke Tai Nan. Bahkan kala itu masih jarang orang yang bisa berbicara bahasa Inggris.

Dari pintu keluar stasiun MRT Taipei Main Station saya berjalan menyusuri Beipng West Road yang berada di kawasan Zongcheng District.  Suasana sore sudah menjelang malam, namun kondisi di sini  masih cukup ramai.  Namun kemudian saya berbelok dan memasuki sebuah jalan kecil yang terlihat agak sepi.

Namun yang menarik adalah si sepanjang jalan ini banyak toko atau gerai dengan nama-nama Indonesia.  Sejenak saya merasa bukan berada di Taipei, melainkan di kawasan Glodok atau pecinan di Indonesia. Terutama karena ada banyaknya tempat usaha dengan nuansa Indonesia.

Toko Kredit: Dokpri
Toko Kredit: Dokpri

Salah satu yang saya perhatikan adalah Rajawali Kredit yang ternyata merupakan toko yang menjual barang-barang baik dengan tunai maupun kredit. Raja Kredit, Harga Murah, demikian promosi toko ini dan di bawahnya terlihat logo dan merek berbagai produk yang bisa dibeli dengan kredit.  Toko ini terlihat sudah tutup. Mungkin karena waktu sudah mendekati hampir pukul 7 malam walau matahari masih muncul dan sedikit lagi tenggelam.

Rumah Makan Mirasa: Dokpri
Rumah Makan Mirasa: Dokpri

Hanya beberapa Langkah di depannya saya bertemu lagi dengan sebuah gerai dengan papan nama Rumah Makan Mirasa.  Di bawahnya ada berbagai menu masakan Indonesia dari nasi goreng, soto hingga minuman es cendol. Menu dalam bahasa Indonesia ini diterjemahkan juga ke dalam bahasa Mandarin dengan huruf Hanzi di sebelahnya.  Sayangnya restoran ini sedang tutup.  Maklum suasana di jalan ini juga terasa sepi.

Toko Indomas: Dokpri
Toko Indomas: Dokpri

Rasa penasaran membuat saya terus menyusuri jalan ini. Siapa tahu bisa menemukan restoran yang sedang buka.  Namun kemudian saya bertemu dengan Toko Indomas. Bukan restoran. Toko ini sepertinya menjual berbagai produk dari Indonesia dan juga ada fasilitas untuk mengirim uang ke Indonesia.  Mungkin diperuntukkan bagi para BMI (Buruh Migran Indonesia ) untuk mengirim uang ke tanah air.

Sinar Terang: Dokpri
Sinar Terang: Dokpri

Saya terus berjalan dan akhir nya di sudut jalan saya menemukan Toko Sinar Terang. Walau suasana sepi ternyata toko ini buka dan ternyata toko ini juga berfungsi sebagai rumah makan atau lebih tepatnya warung.  Pada papan nama tertulis Indonesian Cuisine, Sedia barang produk dan makanan khas Indonesia.

Saya masuk ke dalam dan d sambut seorang  perempuan yang langsung saja menyapa dalam bahasa Indonesia dan menanyakan ingin pesan makanan dan minuman apa.  Menunya rupanya terpampang pada papan di depan toko dan juga spanduk di atas pintu.

Menu di Spanduk: Dokpri
Menu di Spanduk: Dokpri

Ada nasi goreng, mie goreng, kwetiau goreng, bakso, berbagai jenis soto, dan juga gado-gado. Sedangkan untuk minuman tersedia kopi, kopi susu, teh susu, teh jahe, es teh dan juga cendol.  

Akhirnya saya memesan nasi goreng dan the jahe. Sementara makanan disiapkan, saya melihat-lihat suasana di toko ini. Terlihat kurang rapi tetapi lumayan untuk sekedar menikmati makanan Indonesia di Taipei.  Ada berbagai jenis majalah dari Indonesia dan juga informasi mengenai kuliah Universitas Terbuka.  Rupanya banyak juga pekerja Indonesia yang belajar di UT walaupun sedang bekerja di Taiwan ini.

"Tempat ini memang hanya ramai di akhir pekan," demikian jawab perempuan tadi ketika saya bertanya mengapa banyak yang tutup dan suasana sepi.  Rupanya tempat ini menjadi salah satu tempat berkumpul para pekerja Indonesia d Taipei untuk sekedar bertemu dengan sesama pekerja, menjadi obat rindu tanah air dan bisa bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah masin-masing. 

Saya jadi ingat suasana di Central atau Victoria Park di Hong Kong yang juga menjadi lokasi berkumpulnya para buruh migran Indonesia.  Dan secara tidak sengaja, kali ini saya menemukan tempat serupa di Taipei, sayangnya saya datang terlalu sore dan juga hari ini adalah kamis malam menjelang malam Jumat.  

Gak nyangka jalan-jalan di Taipei, ketemu kapung Indonesia dan informasi tentang cabang Universitas Terbuka di Taiwan.

Foto-foto: Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun