Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Walau Terjadi Jauh di Afrika, Tragedi Kemanusiaan Ini Terasa Sangat Dekat dan Nyata

10 Desember 2022   11:40 Diperbarui: 10 Desember 2022   12:07 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Burundi dan Rwanda, merupakan negara di Afrika Timur yang sangat menarik untuk dibahas dan ditelaah karena dalam sejarahnya pernah mencatat peristiwa yang memilukan bagi kemanusiaan.  Dan kisah ini seolah hidup kembali ketika saya menyaksikan sebuah film produksi Belgia dan Perancis yaitu Petit Pays yang secara harfiah berarti Small Country atau Negeri Kecil.

Film ini berkisah tentang Gabriel atau yang biasa dipanggil Gabby, seorang anak lelaki berusia sekitar 10 tahun dengan adik perempuannya Anna.  Mereka merupakan anak pasangan pria Perancis dan ibunya yang berasal dari Rwanda dan beretnis Tutsi. Keluarga ini tinggal di Bujumbura, ibu kota Burundi yang merupakan tetangga Rwanda. 

Dikisahkan Gabriel hidup dalam lingkungan yang lumayan nyaman sebagai anak keluarga ekspatriat di Burundi.  Dengan teman-temannya dia bermain dengan riang dan bahkan fil diawali dengan Gabby yang mencuri mangga tetangga dan dijual di jalan raya kota Bukumbura dengan harga 200 Franc.

Namun sebagai anak ras campuran Eropa dan Afrika, Gabby dan adiknya juga mengalami benturan budaya, seperti kebiasaan menggunakan Bahasa Perancis di rumah  serta di sekolah internasional dan lingkungannya membuatnya kurang menguasai bahasa Kinyarwanda yang merupakan bahasa yang digunakan di Burundi dan juga Rwanda.

Namun kebahagiaan Gabby dalam dunianya menjadi berubah ketika eskalasi politik baik di Burundi maupun Rwanda berubah menjadi ketegangan antara etnis Hutu dan Tutsi.  Mula-mula digambarkan situasi pemilu di Burundi pada 1993 yang membuat Mechior Ndayaye yang berasal dari suku Hutu dan juga Frodebu berhasil terpilih dalam pemilihan umum pertama di Burundi.

Akhirnya Ndayaye berhasil enjadi presiden Burundi namun akhirnya harus terbunuh  pada usaha kudeta yang gagal pada Oktober 1993 yang kemudian memicu ketegangan antara etnis Tutsi dan Hutu di Burundi.

Hal yang mirip kemudian terjadi juga di Rwanda. Pada 6 April 1994, presiden Rwanda Juvenal Habyarimana dan presiden Burundi Cyprien Ntaryamira terbunuh pada kecelakaan pesawat di Bandara Kigali, Rwanda.  Kebetulan kedua presiden itu berasal dari etnis Hutu. Dalang pembunuhan ini diduga adalah Rwandan Patriotic Front yang didominasi etnis Tutsi.

Akibat peristiwa ini, terjadilah genosida etnis Tutsi dan Sebagian etnis Hutu di Rwanda selama sekitar 100 hari sampai dengan Juli 1994.  Nah dengan latar belakang peristiwa genosida di Rwanda dan di Burundi inilah kisah Petit Pays diubah di layer perak dalam kaca mata Gabriel keci.  

Banyak hal menarik yang dapat dipelajari dari film yang dibuat berdasarkan sebuah novel dengan judul yang sama karya 'Gael Faye yang kebetulan sangat mirip dengan kisah Gaby Sendiri.  Penulis novel ini pun memiliki ayah seorang ekspat Perancis dan ibu berasal dari Rwanda dan tinggal di Bujumbura, Burundi. Bahkan novel ini dibuat berdasarkan kisah dirinya walau bukan merupakan sebuah autobiografi.

Film Petit Pays, yang awalnya mengisahkan kebahagiaan dan keceriaan seorang anak kecil seperti Gabby ini, di bagian keduanya kemudian mengisahkan hal-hal mengerikan yang harus disaksikan ketika peristiwa genosida dan kerusuhan antar etnis melanda Rwanda dan Burundi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun