Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mendukung Maroko Sebagai Solidaritas Asia Afrika di Piala Dunia Qatar 2022

7 Desember 2022   10:31 Diperbarui: 7 Desember 2022   12:00 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Maroko: Kompas.com

Pertandingan Babak 16 Besar Piala Dunia 2022 di Qatar usai sudah dan menghasilkan 8 pemenang, yaitu Belanda, Argentina, Perancis, Inggris, Kroasia, Brasil, Maroko dan Portugal.  Secara geografis, kedelapan negara itu menunjukkan distribusi kekuatan sepak bola di dunia ini, 5 dari Eropa, dua dari Amerika Selatan, dan hanya satu dari Afrika.

Sebenarnya, sebagian besar masyarakat Indonesia lebih banyak mendukung wakil-wakil Asia di Piala Dunia ini. Maklum kita tidak bisa mengirimkan wakil sendiri. Kita cukup terhibur dan langsung mendukung serta bersorak girang ketika tim Asia berhasil mengalahkan tim kuat dari Eropa atau Amerika Latin.  Betapa hingar bingarnya media sosial ketika Arab Saudi berhasil mengalahkan Argentina, atau juga ketika Jepang mengalahkan Jerman dan Spanyol, atau Korea Selatan mengalahkan Portugal.  

Namun buat saya sendiri, selain wakil Asia, saya juga selalu mendukung wakil Afrika bila berhadapan dengan Eropa dan Amerika.  Karena itu di 16 besar, saya selalu berharap bahwa wakil Asia Afrika yaitu Australia, Jepang Korea Selatan, Senegal dan Maroko dapat berprestasi baik dan maju ke babak perempat final.

Namun sayang Australia ditundukkan Argentina, Jepang yang sangat menjanjikan dan unggul lebih dahulu dari Kroasia harus kalah dengan kepala tegak melalui adu penalti, sementara Korea terlihat menjadi bulan-bulanan Brasil dengan skor 1-4.  Senegal pun bernasib sama ketika menyerah terhadap juara tahun 1966, Inggris. 

Dan hasilnya Maroko atau negeri Magribi yang pasukannya digelari Singa Atlas ini menjadi satu-satunya harapan Asia Afrika yang tersisa karena berhasil membalaskan dendam Jepang dengan mengalahkan Spanyol melalui adu penalti.. 

Pertandingan Maroko dan Spanyol ini buat saya sendiri agak sedikit membosankan karena kedua tim terlihat tumpul dalam menembus gawang lawan. Baik Spanyol maupun Maroko sebenarnya memiliki beberapa peluang yang gagak diwujudkan menjadi gol.

Sebenarnya secara keseluruhan pertandingan Spanyol lebih menguasai pertandingan termasuk penguasaan bola yang mencapai lebih 77 persen dan juga terobosan serta operan yang jauh lebih akurat dibandingkan Maroko. Namun sebagusnya suatu tim bermain, kalau tidak bisa menghasilkan gol, tetap saja sia-sia.

Pertandingan dengan skor 0-0 yang harus dilanjutkan dengan perpanjangan waktu 2x 15 menit ternyata tetap berjalan datar tanpa kejutan berarti, apalagi sebuah gol yang dapat merubah situasi dan dinamika di lapangan. Rupana kedua tim sekan sudah bersiap untuk adu penalti yang memang akhirnya tidak dapat dihindari.

Mirisnya ketika adu penalti dilakukan, para algojo dari tim Maroko tamak jauh lebih siap dan garang. Walau tidak terlalu keras, tendangan mereka umumnya masuk ke gawang ke tempat kosong dimana kiper Spanyol, Simon selalu salah mengantisipasi bola.  Mirisnya algojo Spanyol tampak kurang yakin dan seakan sudah kalah dulu sebelum melakukan tendangan. Akibatnya tiga tendangan berturut-turut dari Pablo Sarabia, Carlos Soler, dan Sergio Busquets gagal menghasilkan gol sementara algojo ke empat Maroko Achraf Hakimi berhasil mencetak gol ketiga. Kedudukan berubah menjadi 3-0 dan pertandingan pun usai.

Sontak, Sebagian pemain Maroko melakukan selebrasi dengan melakukan sujud syukur di lapangan dan Sebagian pemain Spanyol tampak menangis berlinang air mata. Demikian juga dengan wajah nelangsa para penonton pendukung Spanyol.

Mau tidak mau, kita sebagai bagian rakyat Asia Afrika turut mengucapkan selamat atas kemenangan Spanyol.. Maroko merupakan negara keempat Afrika yang berhasil maju ke perempat final Piala Dunia setelah Kamerun (1990),  Senegal (2002), dan Ghana (2010).  Sementara Spanyol juga mencatat sejarah dengan gugur di 16 besar yang ketiga dalam empat partisipasi terakhir di Piala Dunia dan bahkan mengulang sejarah adu penalti ketika kalah di babak yang sama dari Rusia pada Piala Dunia 2018 lalu. Maroko sendiri menjadi negara Afrika pertama yang berhasil menang di 16 Besar melalui adu penalti setelah sebelumnya Ghana harus kalah melalui adu penalti melawan Uruguay 2-4 pada 2010 lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun