Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Sebelum Wisata ke Kota Gede, Anda Harus Mampir ke Sini Dulu

10 Agustus 2022   10:18 Diperbarui: 10 Agustus 2022   10:38 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya tujuan utama ke Kotagede pagi itu adalah untuk mengambil kue Kipo yang telah saya pesan sebelumnya. Tentu saja sekalian jalan-jalan mampir ke Masjid dan Makam Raja-Raja Mataram yang pernah saya kunjungi beberapa tahun lalu.

"Museum Kotagede Intro Living Museum," demikian sebuah tulisan terlihat di tembok di tepi jalan ketika kendaraan melewati Jalan Tegal Gendu. Rasa penasaran membuat kami berbalik dan kemudian masuk ke halamannya yang tidak terlalu luas. Hanya bisa memuat beberapa kendaraan saja.

Alamat Museum: Dokpri
Alamat Museum: Dokpri

Seorang lelaki muda berusia sekitar 25 tahun menyambut ramah dan menginformasikan bahwa sebelum masuk, pengunjung diminta melakukan reservasi melalui QR. Selain itu saya juga menuliskan nama dan informasi lainnya di sebuah buku tamu. Asyiknya masuk ke museum ini sama sekali tidak dipungut bayaran, alias gratis. Selain itu juga ada sebuah backdrop dengan gambar fasad museum dan informasi bahwa jam buka museum.

Gratis loh: Dokpri
Gratis loh: Dokpri

"Kami mohon maaf, karena sedang ada renovasi, mungkin kunjungan akan sedikit terganggu," demikian ucapan pemuda tadi sambil mempersilahkan masuk.   Masuk ke beranda, saya terkesan dengan  lantai bangunan yang merupakan ubin khas zaman dahulu dengan kombinasi warna kuning genteng dan biru tua  nan rancak.  Di sini terlihat beberapa tukang sedang melakukan kegiatan renovasi.

Namun setelah masuk ke bagian dalam, ternyata tidak ada lagi pekerjaan dan pengunjung dapat dengan bebas menikmati museum yang gratis ini. Pagi menjelang siang itu, kebetulan tidak ada pengunjung lain dan belakangan saya hanya bertemu dengan dua atau tiga pengunjung lain.  Di sini ada informasi bahwa museum ini dibagi dalam empat klaster yaitu klaster situs arkeologi dan lanskap sejarah, klaster kemahiran (teknologi) tradisional, klaster sastra-seni pertunjukan-adat tradisi dan kehidupan keseharian, dan klaster pergerakan sosial kemasyarakatan.

Media interaktif: Dokpri
Media interaktif: Dokpri

Ruang pertama yang dimasuki ternyata termasuk klaster pertama yaitu arkeologi dan lanskap sejarah yang membeberkan fakta cukup rinci mengenai situs Watu Gilang dan Watu Genthong yang ada di Kota Gede. Dijelaskan bahwa Watu Gilang merupakan sebuah batu datar berbentuk persegi yang ditemukan di cepuri Kraton Lama di Kota gede. Watu ini ditemukan di tempat yang sama dengan Watu Gatheng dan Watu Genthong dan ketiganya merupakan peninggalan Kerajaan Mataram. 

Selain itu, Watu Gilang juga diyakini sebagai singgasana Panembahan Senopati dan pada salah satu sisi terdapat lekukan sebesar dahi yang diduga sebagai bekas tempat kepala Ki Ageng Mangir yang dibenturkan pada batu ini sehingga beliau meninggal.  Yang menjadi kontroversi adalah tulisan dalam berbagai bahasa asing seperti Latin, Perancis, Belanda dan Italia pada batu tersebut yang diduga tulisan pelaut Eropa yang terdampar di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun