Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cerita tentang Regol, Bangsal, dan Prasasti di Kraton Yogyakarta

9 Agustus 2022   20:55 Diperbarui: 9 Agustus 2022   21:18 2817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Rasanya siapa pun yang mampir ke Yogya akan selalu berkunjung ke sini selain ke beberapa tempat wajib lainnya seperti Malioboro atau Tamansari. Belum puas rasanya ke Yogya kalau tidak ke Kraton.

Pagi itu, saya kebetulan mampir sambil dan duduk  di bawah sebuah pohon di dekat  bangsal Ponconiti. di Pelataran Kamandungan Utara. Saya tidak tahu nama pohon ini, tetapi mungkin juga pohon Keben karena Pelataran Kamandungan Utara ini juga terkanal dengan Pelataran Keben. 

Saya duduk di situ sejenak beristirahat karena telah berjalan cukup jauh dari Alun-Alun Selatan terus ke Balai Magangan di sebelah selatan Kraton dan kemudian mengitari bagian timur di sepanjang tembok Kraton di Jalan Ksatryan dan menuju pelataran ini mellalui Jalan Kemitbumen. 

Oh yah dua buah gapura atau pintu masuk ke pelataran ini disebut juga Regol atau Pintu Keben.  Di sini kendaraan roda dua dan tiga juga harus dituntun persis seperti di Magangan. 

Sambil beristirahat, saya mulai melihat banyak wisatawan baik domestik dan sesekali mancanegara membeli tiket dan kemudian masuk ke Kraton melalui Regol atau Gapura Srimanganti.  Ada juga rombongan anak sekolah berseragam putih merah yang dipimpin beberapa orang guru. Sebelum masuk ke kraton, mereka berbaris dahulu di lapangan ini. 

Rombongan anak sekolah dan Pohon Keben: Dokpri
Rombongan anak sekolah dan Pohon Keben: Dokpri

Saya ingat sudah sering masuk ke dalam kompleks Kraton, baik melalui pintu yang di dekat Alun-alun Utara maupun melalui pintu di sini. Kraton Yogyakarta yang didirikan pada 1755-1756 oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian menjadi Sultan Hamengku Buwono I. 

Sejenak lintasan sejarah itu muncul kembali dalam ingatan ketika Kerajaan Mataram dibagi dua berdasarkan Perjanjian Giyanti dan kemudian pada 7 Oktober 1756, Sultan mulai pindah ke kraton ini dan tanggal itu pula yang kemudian dijadikan sebagai hari lahir Yogyakarta.

Kraton yang sudah berusia lebih 266 tahun ini telah menjadi saksi sejarah yang panjang. Baik zaman kejayaan maupun sejarah kelam seperti peristiwa pada 1812 ketika terjadi Geger Spehi yang menyebabkan Kraton ini dijarah isinya oleh pasukan Inggris dan Spoy serta mengakibatkan HBII harus turun takhta dan kemudian diasingkan ke Penang.   

Ah, begitu rumitnya sejarah ketika kekuasaan kadang membuat manusia menjadi buta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun