Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cerita tentang Regol, Bangsal, dan Prasasti di Kraton Yogyakarta

9 Agustus 2022   20:55 Diperbarui: 9 Agustus 2022   21:18 2817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya kemudian teringat terakhir masuk ke bagian inti keraton Yogya ini  beberapa saat sebelum pandemi bersama kerabat yang kebetulan datang ke Yogya. Sementara pernah juga masuk ke sini bersama teman yang kebetulan orang asing.   

Ketika itu setelah membeli tiket, kami disambut oleh seorang ibu berusia hampir 60 tahunan yang kemudian memandu dengan bahasa Inggris. 

Hal pertama yang dijelaskan adalah tentang hiasan mirip topeng yang dipajang di tembok menghadap ke luar.  Topeng ini berbentuk wajah raksasa dengan wajah kuning emas, mata melotot dalam keadaan marah lidah merah terjulur dan gigi taring yang menyeramkan. 

"Ini adalah Kalamakara yang berfungsi untuk menolak bala," demikian penjelasan ibu pemandu tadi sambil meminta kami untuk belok kiri dan mengikutinya  memasuki pelataran Srimanganti.  

Di bagian barat pelataran Srimanganti ini ada sebuah bangsal atau bangunan berbentuk joglo yang terbuka alias tanpa dinding dengan tiang-tiang berwarna hijau.  Ini adalah bangsal Trajumas di sini disimpan banyak koleksi alat music tradisional seperti gamelan.  

Di sini disimpan Gamelan bernama Kyai Guntur Madu dan Kyai Nogowilogo.  Menurut cerita kedua gamelan ini biasanya akan ditabuh di Masjid Gede Kauman selama 7 hari dalam menyambut Skatenan yang diselenggarakan sekitar bulan Maulud.   Gamelan ini dipindahkan dari Kraton ke Masjid Gedhe dalam prosesi yang disebut Miyos Gongso.  

Gamelan di Trajumas: Dokpri
Gamelan di Trajumas: Dokpri

Tepat di dekat bangsal Trajumas ini, diapit sepasang Meriam terdapat sebuah prasasti bertuliskan aksara Tionghoa dan terjemahannya dalam aksara Jawa.   Konon prasasti ini merupakan persembahan masyarakat Tionghoa di Yogya atas penobatan Sultan Hamengku Bowono IX pada 1940 yang baru bisa diserahkan pada 1952. 

Sementara di dekatnya ada prasasti tambahan yang berupa terjemahan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris yang baru dibuat pada 2007. 

Sementara di sebelah barat terdapat bangsal Srimanganti yang merupakan tempat diselenggarakan kegiatan budaya tradisional seperti wayang golek, wayang kulit, Wayang orang,  gamelan. Uyon-oyon macapat dan juga tarian Jawa.  Acara ini diadakan setiap pagi dari Selasa hingga minggu.  

Uyon-yo sendiri merupakan lagu gending-gending Jawa yang dibawakan oleh pesinden sementara macapat adalah pembacaan puisi dalam bahasa Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun