Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Tol Cikampek, Jalan Layang MBZ, dan Teori Antrian

3 Mei 2022   16:52 Diperbarui: 4 Mei 2022   09:54 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan tol layang MBZ: Dokpri

Kemacetan saat mudik dan arus balik tampaknya sudah menjadi ritual tahunan di negeri ini, khususnya di sebagian ruas jalan tol di pulau Jawa.

Yang selama ini terjadi hanya pergeseran tempat dan tingkat kemacetan sesuai dengan perkembangan pembangunan jaringan jalan tol.  Dalam haru biru mudik di jaringan tol pulau Jawa, tentunya kita masih ingat  tragedi Brexit beberapa tahun yang lalu serta horor klasik Simpang Jomin?

Ada baiknya, jika kita membatasi topik tulisan ini ke salah satu ruas jalan tol trans Jawa yang paling padat yaitu ruas Jakarta Cikampek. Ruas yang paling ramai, dan juga paling canggih karena dilengkapi dengan jembatan layang sepanjang sekitar 40 kilometer.

Salah satu tujuan pembangunan jalan layang adalah untuk memperlancar lalu lintas tujuan Cikampek, Bandung dan juga Jawa tengah dengan tidak terganggu banyak nya kendaraan berat di  kawasan Bekasi dan Cikarang.  

Namun kelancaran di jalan layang tersebut biasanya hanya dapat dinikmati pada hari-hari normal di luar akhir pekan. Setiap akhir pekan tetap saja kapasitas jalan tidak seimbang dengan permintaan pengguna jalan antara Jakarta Bandung serta Cirebon dan sekitarnya yang kian meningkat. Akibatnya jalan tol ini kerap selalu macet.  Bahkan bisa berjam-jam sehingga waktu tempuh bisa lebih lama dibandingkan sebelum ada tol di zaman dulu.

Berdasarkan pengamatan, simpul kemacetan pada umumnya selalu di tempat yang sama yaitu sekitar rest area km 57 dan juga pertemuan jalan layang dan jalan di bawahnya di sekitar km 47.  Bahkan parahnya dua titik kemacetan ini juga biasanya sudah bergabung  menjadi satu sehingga menciptakan kemacetan sepanjang lebih dari 20 km.  Ekor kemacetan bahkan bisa lebih panjang sampai ke kawasan Cikarang. Biasanya diperlukan waktu sekitar dua sampai tiga jam hanya untuk menembus kemacetan ini

Lalu apa solusinya ? Salah satu solusi adalah memberlakukan satu arah seperti yang sudah diterapkan pada saat mudik. namun memberlakukan satu arah juga mempunyai efek merugikan pengguna dari arah sebaliknya yang tidak bisa menggunakan tol seperti pernah terjadi pada kemacetan di tol Cipularang lalu.  Secara mudah tidak ada makan siang yang gratis atau dengan kata lain suatu kebijakan zero sum game dimana ada yang menang dan ada yang kalah. Tentu saja

Nah sebenarnya ada sebuah teori dalam ilmu probabilitas dan statistika yang disebut sebagai Teouri Antrian atau Queing Theory.

Teori jni mempelajari banyak dan lamanya antrian sebagai fungsi waktu. Konon Teori Antrian pertama kali diperkenalkan pada 1909 oleh seorang insinyur dari Denmark, A.K. Erlang dan banyak dipakai untuk merancang sistem pelayanan agar pelanggan bisa ditangani dengan baik.

Teori Antrian tentunya bisa juga digunakan untuk manajemen lalu lintas sehingga bisa membuat arus pergerakan kendaraan menjadi lebih lancar atau paling tidak  terus mengalir dan tidak berhenti total di saat permintaan sedang dalam puncak seperti akhir pekan atau libur panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun