Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Merenungkan Kembali Butir Butir dalam Pancasila

2 Juni 2021   15:41 Diperbarui: 2 Juni 2021   15:43 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber tribunnews.com

Sejak 2016 lalu, kita kembali memperingati 1 Juni sebagai Hari lahir Panca Sila setelah beberapa dekade tanggal ini seperti dilupakan sejarah.  Dan menjelang 1 Juni pula banyak orang yang dengan bersemangat mengatakan "Saya Pancasila, Saya Indonesia".

Panca Sila memang sudah dinyatakan menjadi ideologi sekaligus dasar negara yang dijunjung tinggi baik oleh pemerintah maupun rakyat.  Dalam sejarah republik ini sejak merdeka, seluruh era pemerintahan dengan kompak mengatakan mendukung Pancasila dengan versi dan cara masing-masing. Semua dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Namun sering pula kita tergagap-gagap kalau ditanya apakah semua orang Indonesia sudah Pancasilais, dan apakah Anda, dan saya juga sudah Pancasilais, serta definisi dan atribut apakah agar seseorang atau sosok atau tokoh patut disebut Pancasilais?

Sebenarnya dalam sejarah kita sudah pernah mengalami banyak pasang surut tentang ideologi. Bahkan sejak para Bapak Bangsa yang bergelut dalam alam pikiran mereka untuk memberikan yang terbaik untuk bangsa ini. Sampai akhirnya disepakati bahwa Pancasila lah yang dijadikan ideologi sekaligus pandangan hidup dan dasar untuk kita semua dalam berbangsa dan bernegara.

Namun kehidupan manusia, baik sebagai pribadi apalagi dalam bernegara memang tidak statis dan selalu berubah dan penuh dinamika serta tantangan. Sebagaimana sejarah yang disebut sebagai Tantangan dan Jawaban.  Dalam sejarah kita pun mengenal pasang surut ideologi serta seribu satu tantangan yang dihadapi.

Kembali lagi mengenai Pancasila, sering kali kita juga mendengar bahwa menurut sejarahnya, butir-butir dalam Pancasila itu sebenarnya digali dari nilai-nilai luhur yang ada di bumi Indonesia sendiri. Nilai-nilai luhur yang diwariskan dari nenek moyang kita sendiri.  

Dengan berpedoman pada paradigma ini, kita sering kali terjebak pada perangkap hitam putih ideologi. Seakan-akan ideologi di dunia ini hanya terbagi dalam ideologi kiri dan kanan, antara komunisme, agama, dan kapitalis.  Dan ketika berbicara tentang komunis kita akan langsung menunjuk kepada Uni Soviet (dahulu) dan Tiongkok (sekarang), sementara ketika membicarakan ideologi kapitalis, kita langsung menunjukku negara-negara Barat dengan Amerika sebagai gembongnya.  Pada saat yang sama, ketika berbicara tentang negara gama, biasanya kita akan berpaling kepada Arab Saudi, Iran, atau bahkan Vatikan.

Dalam perangkap hitam putih ini, kita pun terjebak dan sulit keluar dari pengaruhnya. Kita seakan-akan merasa bahwa Pancasila merupakan ideologi yang sama sekali berbeda dengan ideologi lainnya di muka bumi Sekaan-akan Indonesia adalah negara istimewa yang berbeda dari negara lain.   Lalu sesungguhnya benarkah pandangan kita yang seperti itu? 

Pandangan seperti ini sering kita jumpai seperti anggapan bahwa negara Indonesia adalah negara yang paling kaya sumber alamnya sekaligus sebagai negara yang paling indah pemandangannya dengan penduduk yang paling ramah dan banyak senyum.   Ini juga seakan-akan membenarkan anggapan bahwa negeri kita adalah surga tersendiri yang berbeda dengan negara-negara lain.

Kalau kita mau lebih obyektif, sebenarnya tidak ada yang salah dengan anggapan di atas. Namun mengagungkan negeri sendiri dengan perkataan paling kaya, paling indah, paling ramah dan lain sebagainya itu dapat menjebloskan dan sekaligus menjebak kita dalam perangkap kebanggaan yang meninabobokan serta membuat negeri ini selalu tertinggal. Asumsi-asumsi di atas dapat membuat daya juang bangsa menjadi kurang bersaing.

Lalu bolehkah kalau kita menganggap bahwa sesungguhnya butir-butir Panca Sila bukan hanya digali dari nilai-nilai luhur bangsa atau nenek moyang kita sendiri. Bisakah kita membuka mata bahwa sesungguhnya ada butir-butir dalam Pancasila yang secara kolektif dimiliki oleh bangsa dan negara lain?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun