Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Identitas Nasional di Persimpangan Jalan

23 Maret 2021   14:22 Diperbarui: 23 Maret 2021   14:56 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi identitas nasional - ilustrasi pribadi

Dunia terus berubah dan ini sudah sesuai dengan hukum alam yang menyatakan bahwa tiada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri. 

Demikian pula dengan Indonesia baik sebagai negara, pemerintahan, tatanan sosial ekonomi, dan tentunya penduduk dan warga negaranya. Semuanya berubah sesuai zaman.

Di era kemajuan teknologi informasi ketika batas negara, ruang, waktu dan tempat menjadi sesuatu yang nisbi, perubahan itu kian nyata dengan segala dampaknya, baik yang dipandang positif maupun negatif.

Selama ini kita sepakat bahwa identitas nasional Indonesia diwujudkan dalam sekumpulan atribut yang menunjukkan jati diri Indonesia.  Sebut saja di antaranya adalah bahasa nasional atau bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, bendera negara yaitu Sang Merah Putih, lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya, lambang negara yaitu Garuda Pancasila, semboyan negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, dasar falsafah negara yaitu Pancasila dan masih banyak lagi.

Akan tetapi, sebagai kelompok manusia dan masyarakat yang dinamis, adakala nya kita terperangkap dalam simbol dan identitas yang kita buat sendiri.  Dalam situasi seperti itu, bisa saja sebagian dari kita mulai mencari identitas dan simbol lain yang mungkin dirasa lebih menjanjikan. Misalnya saja daya pikat agama, etnis, golongan, atau bahkan paham dan ideologi lain yang terlihat memukau.

Istilah NKRI harga mati, Aku Indonesia sering kali didengar gaungnya, terutama pada periode dan masa pilpres atau pilkada.  Masa-masa krusial itu juga yang sering membuat kita ternganga oleh wacana yang cukup membuat miris.  Identitas Nasional dan keindonesiaan kita sering kali terasa dalam ancaman. 

Banyak sekali unsur yang bisa menjadi pemicu redupnya identitas nasional Indonesia, baik dari segi etnis, ras, agama, bahasa, budaya, dan juga cara pandang dan gaya hidup masyarakat kita sendiri.

Tendensi penggunaan istilah bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari misalnya saja mulai menggerus keindonesiaan yang mungkin tidak kita sadari.  Tentunya kita masih ingat di masa yang belum terlalu lama pernah diadakan pengindonesiaan nama-nama tempat, gedung atau perumahan sehingga sebagian nama yang tadinya berbahasa Inggris berubah menjadi nama Indonesia. Pondok Indah Mall, misalnya berubah menjadi Mal Pondok Indah, Citra Garden berubah menjadi Perumahan Citra.  Namun dengan berjalannya waktu secara perlahan=lahan, nama dalam bahasa Inggris selalu lebih keren dan tempat=tempat yang baru lebih menjual bila dinamakan dengan Town Square dan sejenisnya.

Bukan hanya dalam penggunaan bahasa, krisis identitas nasional juga dapat dilihat dalam budaya pop dan seni. Kita melihat sekarang ini, sebagian besar generasi muda lebih menyukai budaya K Pop misalnya dibandingkan dengan seni dan budaya dari Indonesia sendiri.  Tentunya kita bukan harus anti budaya asing, namun pelestarian terhadap seni dan budaya Indonesia sendiri juga tidak boleh dilupakan.

Demikian sekilas ulasan mengenai identitas nasional Indonesia yang mungkin sedang dalam persimpangan jalan.

Bagaimana menurut pendapat pembaca?

Sumber:

Badanbahasa.kemendikbud.go.id

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun