Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Dari Civics Hingga PMP: Pendidikan Kewarganegaraan dari Masa ke Masa

3 Maret 2021   17:55 Diperbarui: 16 Juli 2023   20:44 2476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Buku PMP nupinggiran.com

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan Mata Pelajaran atau Mata Kuliah Wajib untuk semua tingkat dan strata pendidikan di Indonesia. Singkatnya dari pendidikan dasar, menengah, hingga ke jenjang perguruan tinggi.

Sebagaimana diketahui, kurikulum pendidikan di Indonesia juga selalu berubah, bukan hanya karena siapa pak menteri, tetapi juga sesuai dengan zaman dan kecondongan ideologi yang dianut oleh pemerintah. Tentu saja walau secara resmi semuanya menjunjung tinggi Pancasila dengan tafsiran dan versi masing-masing.

Mahasiswa dan pelajar sekarang mengenal istilah pendidikan kewarganegaraan (PKn). Namun kalau Anda tanyakan pada generasi ayah atau paman Anda, bisa saja mereka tidak mengenal istilah Pendidikan Kewarganegaraan ini.

Mereka yang mengalami Kurikulum 1975 mengenal istilah Pendidikan Moral Pancasila yang disingkat PMP. Bahkan bagi generasi yang lebih tua, yang bersekolah pada tahun 1960 an, istilah pendidikan kewarganegaraan lebih dikenal dengan nama Civics.

Untuk memperkaya wawasan dan memperdalam pengertian kita tentang subyek yang menarik, kadang-kadang kurang disukai tetapi wajib hukumnya ini, mari kita sejenak melihat ke belakang dan membuka kembali lembaran sejarah mengenai warga negara dan pendidikan kewarganegaraan.

Sebenarnya pendidikan kewarganegaraan, atau kesadaran mengenai warganegara sudah ada sejak era sebelum Indonesia merdeka. Jika di zaman kerajaan, rakyat yang sekarang disebut warga negara bisa disebut sebagai anggota masyarakat yang lebih sebagai kawula sementara penguasa adalah raja. 

Pada saat itu rakyat lebih cocok disebut sebagai kawula negara atau onderdaan dalam bahasa Belanda. Demikian juga pada era kolonial di Nusantara di mana rakyat dibagi dalam golongan berdasarkan etnis dan juga strata sosial.

Kesadaran rakyat Indonesia sebagai suatu bangsa dalam era modern bisa dirunut kembali dengan mengusung pembentukan Boedi Utomo pada 1908 sebagai tonggak kebangkitan Nasional. Kemudian perjuangan Bung Karno yang dengan tulisan-tulisannya di berbagai media mengibarkan semangat dan rasa kebangsaan serta bahkan definisi bangsa itu sendiri.

"Bangsa itu terbentuk karena dua hal: pertama, rakyat harus bersama-sama menjalani suatu riwayat; kedua, rakyat sekarang harus mempunyai kemauan, keinginan hidup menjadi satu," demikian menurut Bung Karno seperti dikutip dalam bukunya yang fenomenal, " Di Bawah Bendera Revolusi".

Begitu Indonesia merdeka, pada masa awal berdirinya Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan lebih banyak diimplementasikan pada tataran sosial kultural dan dilakukan oleh para pemimpin negara bangsa. 

Bung Karno dan para pemimpin bangsa biasanya mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk mencintai tanah air negara dan bangsa melalui berbagai forum termasuk pidato-pidato yang berapi-api,

Bahkan pemimpin perjuangan seperti Bung Tomo juga selalu membakar semangat rakyat dan pejuang untuk mengusir penjajah yang hendak kembali menguasai dan menduduki Indonesia yang telah memproklamirkan kemerdekaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun