Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Jumpa Bung Karno di Tepian Danau Toba di Parapat

21 November 2019   09:54 Diperbarui: 23 November 2019   05:31 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan kembali membawa diri ini ke Danau Toba. Walau ini bukan merupakan perjalanan yang pertama namun tetap menarik untuk dikisahkan karena banyak memiliki kejutan dan keberuntungan yang belum tentu diniliki setiap orang. 

Setelah mendarat di Bandara Silangit dan kemudian berkunjung ke berbagai tempat yang menarik di kawasan bagian selatan danau Toba, kami pun akhirnya merapat ke Parapat, gerbang danau Toba untuk menuju ke pulau Samosir.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Setelah sempat bermalam di Hotel legendaris  yaitu Inna Prapat sambil menunggu rombongan teman yang datang dari Jakarta via Kuala Namu, kami menghabiskan waktu pagi bersantai di sekitar hotel sambil menikmati pemandangan yang indah walau sedikit tertutup kabut asap.

Hari itu jumat pagi menjelang siang. Masih ada waktu sekitar satu setengah  jam sebelum Sholat Jumat, kami memulai perjalanan keluar dari hotel dan berjalan kaki menuju ke Rumah Pengasingan Bung Karno.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Tepat di depan hotel ada sebuah tempat bernama "Pusat Informasi Geopark Nasional Kaldera Toba". Di lapangan nya yang luas ada semacam panggung dimana masyarakat sedang mempersiapkan sejenis acara kesenian daerah.

Dengan santai kami melangkahkan kaki menyusuri jalan kecil mengikuti peta di gadjet. Selain beberapa gerai sovenir, ada juga beberapa hotel dan penginapan yang lokasinya di tepian danau.

Setelah sekitar 10 menit berjalan santai, kami pun sampai di persimpangan yang menuju ke rumah pengasingan  yang ternyata kini berfungsi sebagai tempat peristirahatan  pegawai pemda Sumatera Utara yang berkunjung ke Parapat.

Rumah peristirahatan dengan halaman yang luas ini terletak di sebuah buit kecil sehingga kita harus mendaki puluhan anak tangga atau memutar melalui jalan aspal yang medaki untuk mencapainya.

Saya memilih melewati jalur jalan beraspal  yang memutar halaman  luas dengan banyak pepohonan dan sebuah gazebo cantik di kakinya, Di dekat gedung ini juga ada sebuah bangunan besar yang rencananya akan dijadikan semacam food court makanan halal.

Tidak banyak orang disitu kecuali seorang inang yang menjual makanan dan minuman kecil. Setibanya di bagian depan  rumah telihatlah bertapa cantik rumah atau lebi tepat villa pengasingan ini yang memiliki beranda dengan berberapa tiang model besar berwarna putih.

Untaian kain  merah putih menghiasi balkon dan sebuah tiang dengan sang saka  merah putih yang berkibar gagah ada di halaman muka.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Sayang, rumah ini pintunya tertutup rapat karena  memang tidak terbuka untuk umum. Saya terus berjalan mengelilingi rumah yang letaknya  di ketinggian. Pagar putih yang mengelilingi rumah terlihat membuatnya kian cantik namun penuh misteri. Siapakah yang tinggal di rumah ini?

Di pojok halaman juga terdapat sebuah gazebo cantik dengan atap berbentuk kubah datar. Seluruh bangunan menggunakan atap kayu sirap berwarna hitam yang menambah kewibawaan rumah ini sebagai bangunan pemerintah.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Untuk menikmati keindahan rumah ini kita memang harus mengelilinginya dengan naik dan kemudian turun dan bahkan sesekali harus sedikit menjauh dari rumah dengan menuruni undakan di tepi danau.

Bahkan nama bangunan secara lengkap hanya dapat dinikmati bila kita naik kapal atau perahu dari tepian danau.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Dari sudut lain nampak kemegahan rumah dengan sebuah mushollah kecil yang ada di bagian bawah bangunan utama. Tampak juga puluhan anak tangga untuk mencapai rumah tersebut. Namun semua akses menuju rumah ini memang tertutup rapat.

Setelah puas menikmati keindahan bangunan dari luar dengan cara mengelilinginya, Saya pun meninggalkan bangunan dan mampir di sebuah warung makan muslim. Masih ada waktu sekitar 45 menit sebelum sholat Jumat.

Nasib baik sedang berpihak. Ternyata di warung ini kami berkenalan dengan penjaga rumah yang kebetulan sedang makan dengan istrinya. Sambil bercerita Pak Zamzami, demikian namanya berjanji akan mengantar melihat-lihat rumah pengasingan sehabis sholat jumat.

Singkat cerita dengan berbonceng motor kami sholat Jumat di Masjid Raya Taqwa dan seusainya segera kembali menuju ke rumah pengasingan. Dengan  diantar tuan rumah, saya bisa masuk dan dengan puas menikmati keindahan rumah tersebut dari dalam.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Ruang tengah utama berisi banyak perabotan yang didominasi oleh mebel dan sofa empuk berwarna kuning keemasan kombinasi coklat muda. 

Sebagian lantai ditutupi karpet dengan warna yang serasi, Sementara ubin dengan motif klasik masih terhampar rapih di seluruh ruangan. Nampaknya masih asli karena khas ubin dengan motif peninggalan zaman Belanda.

Dinding ruang ini juga ditutupi kayu berplitur coklat tua yang memberi kesan anggun dan mewah. Foto-foto hitam puith tua mengihiasi dinding yang didominasi oleh foto Bung Karno, Haji Agus Salim dan juga Sutan Syahrir.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Pak Zamzami sendiri bercerita bahwa rumah peristirahatan ini dibangun pada sekitar tahun 1920-an dan merupakan rumah peristirahatan untuk pejabat Belanda kala itu.

Namun saat Agresi militer Belanda ke II pada Desember 1948, Bung Karno dkk sempat dibuang ke Brastagi dan kemudian selama tiga bulan berikut diasingkan di Parapat ini sebelum kemudian dipindahkan ke Bangka.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Singkatnya Bung Karno pernah tinggal selama sekitar 3 bulan di rumah ini sejak awal 1949. Setelah itu rumah ini kemudian digunakan untuk rumah peristirahatan dan penginapan pegawai Pemda.

"Namun tidak ada seorangpun pejabat dari Medan yang berani menginap di sini", tukas Pak Zamzami lagi.

Menurutnya rumah ini memang terkenal memiliki penunggu sehingga para pejabat itu hanya mampir sejenak untuk beristirahat dan tidak menginap.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Saya sempatkan melihat-lihat situasi rumah. Melihat tangga yang dihiasi foto-foto BK dari zaman lawas dan juga mengagumi pemandangan danau Toba dari balkon yang sebelumnya hanya sempat saya kagumi dari kejauhan.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Selain itu ada juga sebuah sketsa gambar rencana pengembangan rumah pengasingan ini dimana terdapat patung Bung Karno yang akan dibangun tepat di tepi danau. Untuk menuju patung itu akan dibuat kaskade bertingkat yang sangat indah menuju ke jalan di depan rumah.

Namun ketika saya tanyakan, ternyata rencana ini belum jelas kapan akan dilaksanakan karena masih terbentur masalah biaya.

Yang tidak kalah menarik adalah sebuah foto Api Asian Games Jakarta Palembang 2018 yang pernah diinapkan di rumah ini dalam perjalanan panjang  keliling Indonesia tahun lalu. Pada foto tersebut tertulis: "Api Asian Games, Pesanggrahan Bung Karno, Parapat  Danau Toba, 31 Juli 2018"

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Setelah sekitar setengah jam di rumah ini, sekadar berbagi cerita dan pengalaman dengan penjaga rumah yang sudah bertugas sekitar 7 tahun di Parapat, saya pun mohon pamit sekaligus diantar kembali dengan menggunalan motor ke hotel.

Sebuah pengalaman menarik di Jumat pagi dan siang bertemu dengan Bung Karno di rumah pengasingannya yang memiliki nama resmi Pesanggrahan Bung Karno.

Parapat September 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun