Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kotak Khusus untuk Imam Masjid di Christchurch, Selandia Baru

9 Oktober 2017   20:38 Diperbarui: 9 Oktober 2017   20:42 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembali ke Chrischurch kembali ke Masjid  Annur.  Jumat siang itu, sekitar pukul satu siang, kendaraan kembali diarahkan ke Masjid terbesar di Chrischurch yang terletak di dekat  Deans Avenue, tepat di seberang South Hagley Park yang merupakan taman paling besar di Chrischurch.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Sekilas , suasana dan bentuk bangunan masih sama dengan seperti kunjungan pertama 5 tahun lalu. Menara tunggal yang lumayan tinggi dan kubah emas masjid ini tetap mempesona siapa saja yang melihatnya.  Deretan kendaraan yang parkir di halaman juga sudah penuh, bahkan kendaraan kami sendiri harus diparkir ditepi jalan beberapa puluh meter dari masjid.

Sebelum wudhu, saya diperkenalkan dengan Hassan, seorang pria setegah baya yang berasal dari Singapura dan saat ini menjadi pengurus   Ashburton Muslim Association Incorporated. Ashburton  merupakan sebuah kota kecil kira-kira 75 kilometer di sebelah selatan Christchurch.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Masyarakat muslim di Ashburton baru saja membeli sebuah gereja yag sejak Juni 2017 lalu digunakan sebagai masjid.  Dan sampai akhir September kemarin mereka masih menggalang dana untuk mengumpulkan pembayaran final sejumlah 200 Ribu Dollar.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Khotbah Jumat berlangsung cukup panjang.  Dalam Bahasa Arab dan Inggris, imam berkisah tentang perjalanan hidup Nabi Musa sejak dalam kandungan, hingga dihanyutkan di Sungai Nil dan kemudian bisa memimpin bangsa Isreal keluar dari cengrama Firaun.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Selesai sholat, saya kembali melihat-lihat suasana di masjid. Di antaranya beberapa kotak amal dengan peruntukan masing-masing. Ada yang khusus untuk perawatan masjid dan ada juga yang khusus untuk gaji imam. Wah ternyata imam digaji dengan kotak khsusus hasil sumbangan jamaah.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Di depan masjid, kami sempat berbincang-bincang dengan Pak Robert, yang siang itu memakai kopiah khas Indonesia. Beliau memang beristrikan orang Indonesia dan yang dulu saya sempat lihat membawa kursi. Baru sekarang saya tahu kalau kursi itu memang dibawa pulang untuk diperbaiki. Selain itu ada juga kaki lima dadakan dimana seorang perempuan berparas timur tengah menjual makanan kecil yang juga has timur tengah. Beberapa jemaah sedang melhat-lihat dan kemudian membeli makanan terebut.

Sebelum meninggalkan masjid untuk menuju ke Christchurch Botanical , saya mampir ke toilet masjid dimana terdapat beberapa washtafel. Uniknya di atasnya ditempel pengumuman kertas yang ditempelkan.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Tulisannya adalah himbauan untuk tidak wudhu di washtafel ini karena bisa menyebabkan retak. Maklum kalau wudhu di washtafel biasanya kaki akan dinaikan. Namun setelah keluar dari toilet saya masih melihat seorang pria yang sedang wudu di wastafel. Mungkin pria tersebut belum bisa bahasa Inggris?

Setiap perjalanan memberikan maknanya sendiri. Pada perjalanan kali ini ada beberapa hal yang didapat . Salah satunya adalah gaji imam dan kenyataan bahwa kursi yang dibawa pak Robert lima tahun lalu memang untuk diperbaiki saja dan bukan harus dibawa setiap kali sholat.

Foto-foto: Dokumentasi  Pribadi

Christchurch. September 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun