Mohon tunggu...
Teies
Teies Mohon Tunggu... Pemikir Bebas -

Manusia bebas pikir

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemikiran Ku

18 Desember 2018   08:28 Diperbarui: 18 Desember 2018   08:56 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pagi ini aku bercengkrama lagi dengan segelas kopi, sudah beberapa hari ini otak ku selalu berputar untuk berpikir (mungkin aku sedang merencanakan sebuah eksistensi), terkadang istirahat pun terasa kurang maksimal, sudah beberapa hari ini pikiran ku bercabang dan melayang-layang tak tentu arah, mulai dari sebatas memikirkan jalan hidup yang abstrak, memikirkan tempat ku berpijak mencari penghidupan yang ku rasa ini bukan alam ku, dan terutama tentang bangsa ini bersama ideologi yang dihianati didalamnya. Amat sangat lelah sebenarnya dengan kondisi otak yang demikian, namun entah apa yang membuat otak ku menjadi tak memiliki rem dalam berfikir, entah karena dalam filosofi berfikir aku berkiblat pada seorang Descartes (seorang filusuf ternama asal negeri Perancis), dengan kata-katanya “Cogito Ergo Sum” yang aku rasa memiliki makna magis bagi hidup ku pribadi, kata-kata itu memiliki arti “aku berfikir maka aku ada”. Dari kata yang diucapkan Descartes tentang aku berfikir maka aku ada, aku menarik garis kesimpulan yang berarti disaat aku berfikir maka aku sedang mencari eksistensi diriku di dunia ini, dan ketika aku berfikir maka aku telah menggunakan apa yang telah diberikan oleh Sang Maha Pencipta kepada ku dan umat manusia sealam dunia yaitu, “AKAL”. Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30 Allah telah berfirman bahwa manusia adalah Khilafah dimuka bumi. Walaupun manusia membuat kerusakan dan menumpahkan darah, namun Allah adalah yang maha mengetahui. Khilafah juga memiliki makna berupa pemimpin, saya rasa setiap manusia merupakan pemimpin terutama bagi dirinya sendiri, khususnya bagi manusia-manusia yang sudah dewasa. Berbicara mengenai masalah kepemimpinan, aku menjadi teringat dengan salah seorang “kiblat pemikiran” ku, seorang bernama Niccolo Machiavelli, seorang pemikir dari negeri Italia, yang katanya menjadi rujukan para diktator kelas dunia, seperti, Bennito Mussolini dan Adolf Hitler. Namun aku tak mau memikirkan perihal dia menjadi kiblat para dikator, karena pada dasarnya teori itu selalu mampu untuk dibelokkan, baik ke hal yang baik ataupun hal yang buruk. Yang ku pikirkan adalah teori-teorinya memang seharusnya seperti itu karena itu jamannya kerajaan dimana peperangan selalu berkecamuk di muka bumi. Salah satu kata Machiavelli yang ku ingat dari bukunya berjudul the prince adalah “seorang yang dapat melakukan berbagai tindakan diri yang baik hingga yang buruk, itulah orang yang sesuai untuk memegang kuasa.” Ya memang benar yang dikatakan oleh Machiavelli, jika saja pemimpin tidak berani mengambil suatu resiko, maka pemimpin itu hanya akan menjadi “boneka” para orang-orang pemberani didalam suatu negara. Kalaupun manusia secara individu tidak berani mengambil resiko dalam menjalani hidup maka hidup takkan berwarna dan takkan pernah dia belajar, karena seperti pepatah mengatakan, bahwa guru terbaik dalam hidup adalah pengalaman. Jika manusia selalu mengurung diri dari dunia, maka dia takkan pernah bertemu dengan guru yang amat sangat berharga yang bernama pengalaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun