Mohon tunggu...
TNC
TNC Mohon Tunggu... Pilot - Open mind and be respectfull.

Love to read and to write. Menulis adalah sebuah proses belajar yang berkelanjutan. Selalu ada sisi pandang yang muncul untuk memperluas cara pandang kita dalam menyikapi permaslahan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nuzulul Quran dan Covid-19

11 Mei 2020   12:05 Diperbarui: 11 Mei 2020   11:57 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bulan Ramadhan kali ini terasa lain dari seluruh Ramadhan tahun-tahun sebelumnya dalam perjalanan hidup saya. Ramadhan kali ini kita jauh dari tempat ibadah, jauh dari keramaian ibadah Taraweh dan kehidupan shalat Qiyamul Lail di Masjid. Meskipun ada sedikit kesedihan di awal, namun ternyata banyak pelajaran dan nilai-nilai mendalam yang bisa kita peroleh dalam kondisi ini. Kita dijauhkan pada bentuk ritual dan lebih di dekatkan pada arti hakiki sebuah ibadah. Kedekatan kita dengan Sang Khaliq bisa lebih dekat namun bisa menjadi lebih jauh tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Pada Bulan Ramadhan terdapat moment yang sangat spesial bagi umat muslim di seluruh dunia yang selalu kita ambil hikmahnya, Nuzulul Quran. Umat Muslim memperingati 17 Ramadhan sebagai peristiwa turunnya  ayat pertama Alquran kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Perintah membaca adalah merupakan perintah Sang Pencipta alam untuk umatnya di dunia ini. Membaca alam, membaca lingkungan, membaca fenomena dan membaca perkembangan situasi adalah arti luas yang diperintahkan olehNya.

Pada saat 17 Ramadhan kali ini, amalan bacaan Al-Quran saya tiba pada Surah An Naml (Semut). Di saat tiba pada ayat 18 dan 19 saya terhenti dan mencoba memahami dengan keterbatasan akal yang saya miliki. Pada ayat tersebut Tuhan membuka pikiran kita bagaimana nilai-nilai kehidupan yang ada pada binatang semut. Kenapa firman Allah swt dalam Al-Quran mengisahkan tentang semut bukanlah suatu hal kebetulan semata. Ada nilai-nilai filosofis mendalam yang bisa kita dapatkan dari semut.

Semut merupakan pribadi yang patuh dan disiplin pada perintah. Dikisahkan dalam Alquran, berkatalah seekor semut : "Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari."(Q.S An Naml: 18).  Dalam kehidupan semut terdapat aspek kepemimpinan diantara kumpulannya. Artinya bahwa apabila ada potensi yang membahayakan, mereka harus patuh kepada seekor semut yang secara alamiah dijadikan pemimpinnya. Pada kondisi pandemic Covid19 pun kita diperintahkan masuk ke sarang kita untuk melindungi diri dan orang lain. Maka hikmah tetap tinggal di rumah dalam rangka kebaikan bersama sudah dikisahkan oleh seekor semut kepada komunitasnya puluhan tahun yang lalu saat jaman Nabi Sulaiman a.s. Dalam kehidupan, semut selalu patuh dan disiplin pada pemimpinnya. Pernahkah anda jumpai kawanan semut yang berjalan dengan seenaknya sendiri. Mereka selalu teratur dalam satu unity of command. Sehingga bila semut memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial berskala Besar) akan sangat mudah untuk dikendalikan.

Semut merupakan pribadi yang gemar saling menolong. Semut selalu bergerak dalam sebuah kumpulan atau koloni. "No left behind" nampaknya menjadi semboyan bagi mereka. Bahkan dalam sebuah penelitian setiap perut semut memiliki organ yang disebut dengan crop. Semut telah lama dikenal membagikan makanan kepada semut yang lain melalui pertukaran mulut ke mulut, yang dikenal dengan trophallaxis. Mereka juga menyimpan makanan cair dalam perut sosialnya / crops dimana dapat dibagikan kepada semut yang lain. Makanan yang telah tersimpan di perutnya pun rela untuk dibagikan kepada rekannya. Pada masa pandemic Covid19 kali ini, apakah kita sudah mau berbagi sebagaimana semut berbagi pada rekannya. Apakah sumber penghidupan yang kita simpan mau kita bagikan kepada orang lain? Al-Quran memberikan gambaran kepada umat manusia pelajaran hidup dari apa dan siapa saja yang ada di muka bumi ini agar kita menjadi Khalifah dimuka bumi.

Semut merupakan pribadi yang tidak egois. Pada umumnya semut terdiri dari beberapa kelompok yang memliki tugas masing-masing. Bagi semut jantan pekerja yang bertugas mencari makanan, setelah menemukan sumber makanan mereka akan menginfokan kepada rekannya. Semut memiliki zat kimia yang dinamakan feromon yang bermanfaat sebagai alat komunikasi dengan sesamanya. Setelah mendapatkan sumber makanan, mereka akan kembali ke sarangnya dengan meninggalkan jejak feromon yang sudah dibuat untuk menuju sumber makanan. Bentuk survive itu membuktikan bahwa kesedian makanan atau rezeki yang dijamin oleh Allah swt tidak akan habis untuk makhluknya. Sejatinya ketamakanlah yang menghabiskan sumber daya alam bagi manusia. Sumber pangan, sumber energi pada dasarnya tidak akan habis oleh makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah swt. Karena Sang pencipta adalah sebaik-baik perencana. Sumber makanan dan sumber energi dinilai habis karena adanya si tamak yang ingin mengambil lebih dari kelompok yang lain atau dengan kata lain egois.

Allah swt memberikan banyak hal dalam Al-Quran sebagai penyelamat kita menjalani kehidupan di dunia dan di akherat kelak. Mari kita renungi Nuzulul Quran pada masa pandemic Covid19 ini dengan lebih banyak membaca dalam arti yang seluas-luasnya akan isi Al Quran dan alam sekitar kita. Pandemic Covid19 dihadirkan oleh Allah swt untuk kita pelajari bukan untuk kita sesali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun