Mohon tunggu...
Taufik Agung Widodo
Taufik Agung Widodo Mohon Tunggu... Administrasi - Staf analis untuk asuransi

Alumni kampus Airlangga Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

TMII, Pesona Indonesia

6 Januari 2018   21:02 Diperbarui: 6 Januari 2018   21:13 4791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2. Membawa makanan camilan, makanan besar sendiri guna menghemat bujet makan disana.

3. Untuk berkeliling,bagi yang hanya ingin memfoto semua sudut  TMII mungkin bisa menggunakan jasa sewa motor. Bagi keluarga, sepertinya pilihan menggunakan bus lebih nyaman, hanya saja tidak semua spot bisa dijelajahi.

4. Lebih baik jangan pacaran disudut-sudut lokasi di TMII karena terlalu banyak anak kecil sehingga mengganggu pemandangan saja.

Meskipun terkenal, sepertinya saat ini nama TMII mulai meredup. Saya kurang tahu apakah saat ini TMII dipegang oleh pemerintah atau swasta karena di internet beritanya masih simpang siur. Di Liputan 6 (http://bisnis.liputan6.com/read/599613/setneg-kelola-aset-rp-52-triliun-termasuk-tmii-dan-istana) dijelaskan bahwa pemerintah sudah mengambil alih TMII. Tetapi disitus resmi TMII, Yayasan Harapan Kita sebagai manajemen TMII. Semoga saja permasalahan di TMII sudah selesai karena menurut saya pribadi adalah salah satu asset terbaik yang dimiliki oleh Indonesia. Ide pembuatan TMII sangat visioner  benar-benar kekinian. Ditahun 1975 sudah muncul ide pembangunan wisata yang spektakuler. Seharusnya TMII melakukan re-branding. TMII harus dijadikan asset nasional dan wisata dunia.

Beberapa hasil kesimpulan mengapa TMII menjadi kurang populer bila dibandingkan dengan wisata sejenis, semisal Ancol. Serta beberapa hal  yang perlu dibenahi di TMII.

1. Lokasi

Lokasi TMII sangat sulit dijangkau oleh transportasi umum. Lokasinya di Jakarta Timur sangat tidak ramah transportasi umum. Naik busway harus melewati  salah satu pusat macet di Jakarta, yaitu Cawang. Pengguna  busway bisa turun di Garuda Taman Mini dan melanjutkan naik kendaraaan umum. Naik KRL bisa turun di stasiun Cawang, Duren Kalibata atau Pasar Minggu kemudian naik kendaraan umum lagi.

Repot banget, kan?  Kenapa tidak buat shelter khusus antar-jemput semacam busway khusus dari  Halte Harmoni atau Halte Gambir, atau Halte Monal misalnya langsung ke depan kompleks TMII. Hal ini bisa menarik minat wisatawan ke TMII. Risikonya memang investasi menjadi mahal tapi hal itu bisa diakali dengan poin nomor 2, yaitu tiket terusan ke TMII.

Oh ya saya sendiri ketika iseng ke TMII menempuh waktu sekitar 2-3 jam kalau dihitung dari Jakarta Pusat.

2. Tiket Terusan TMII

Menurut saya tiket TMII bisa dibuat tiket terusan semacam Dufan. Kalau perlu ada tiket kunjungan 1 hari atau tiket kunjungan 2 hari. Dengan dibuatkan akses transportasi langsung dari halte/ stasiun menuju TMII tentu mampu menarik  animo kunjungan ke TMII. Selanjutnya bisa dibuat  Tiket terusan 1 hari, atau 2 hari. Atau bisa saja dibuat tiket hemat TMII yaitu tiket masuk dan selanjutnya tiket dimasing-masing museum/ wahana wisata seperti saat ini (kalau yang memang hanya berniat berfoto didepan wahana saja tanpa memasuki wahana membeli paket  hemat tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun