Mohon tunggu...
Taufik Ikhsan
Taufik Ikhsan Mohon Tunggu... Guru - Ras Manusia

Art-enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tes dan Stres

12 Maret 2019   09:34 Diperbarui: 12 Maret 2019   09:38 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
img src: baloocartoons.com

Ketika mendengar kata tes dari dosennya, banyak mahasiswa  yang tadinya sedang ngobrol mendadak diam dan memperhatikan. Ternyata sebegitu besarnya pengaruh kata Tes terhadap konsentrasi, emosi, mental, dan mungkin fisik. 

Hampir seluruh mahasiswa menganggap bahwa tes erat kaitannya dengan menguji sejauh mana mereka tau, paham, atau menguasai suatu materi atau keterampilan. Dan ketika mendekati hari tes, pikiran dan konsentrasi mereka , sedikit atau banyak,  membayangkan apa yang  akan terjadi di hari H.

Beberapa tes yang saya selenggarakan dalam perkuliahan, utamanya paper and pencil tes (tes tulis) menampilkan fenomena yang hampir serupa. Suasana diam, tegang, kebingungan, melamun, serius, dan hening selalu muncul selama berjalannya tes. 

Sering saya bertanya dalam hati, apakah mereka bahagia menjalani tes? Bagaimana mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dibawah tekanan, adanya standar, atau hukuman jika melakukan pelanggaran ketika tes berlangsung? Sepertinya, kebanyakan peseerta tes tidak menampilkan kemampuan maksimalnya dalam menyelesaikan tes. Bukan karena mereka tidak bisa, tapi kondisi emosi dan mental mereka yang sudah jatuh lalu tertimpa tangga.

Saya teringat dengan sebuah kalimat dalam buku tentang psikologi kognitif. "Otak kita bekerja 24 jam sehari, 12 bulan dalam satu tahun, dan seumur hidup kita. Organ ini hanya berhenti berfungsi ketika manusia jatuh cinta dan mengikuti tes (ujian)". 

Terkadang saya percaya dengan kalimat tadi, bahwa tes terkadang tidak merepresentasikan secara holistik seorang individu, utamanya ketika individu tersebut menyelesaikan sebuah tes yang bukan minatnya atau yang dikuasainya. Misal, mahasiswa sastra yang diminta untuk menyelesaikan mata kuliah statistika.

Saya berpikir mungkin ada baiknya ketika dalam perkuliahan yang diselenggarakan kepada mahasiswa, seorang dosen memberikan alternatif pengukuran yang beragam. Katakanlah dalam matakuliah statistika, mahasiswa bisa ditawarkan untuk mengerjakan salah satu bentuk evaluasi, misal paper and pencil tes, proyek test, mini riset, atau bentuk lain yang berhubungan.

Dan mungkin selagi mereka menentukan bentuk tes yang mereka inginkan, mereka juga diminta untuk menentukan standar pencapaian yang mereka kira-kira sanggup untuk dapatkan. Bukankah dengan begitu mereka tidak akan mengalami terlalu banyak beban emosi dan mental dalam menjalani tes?!

Hanya sebuah ide untuk perkuliahan yang lebih menyenangkan. :)

Salam,
Taufik

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun