Mohon tunggu...
Taufiiqul Hakim
Taufiiqul Hakim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berproses

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

(Part II) Kehendak Bebas Tidak Benar-benar Ada: Perspektif Asy'ariyah dan Sam Harris

4 September 2022   22:15 Diperbarui: 5 September 2022   19:23 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak ada gading yang tak retak. Meskipun apa yang disampaikan oleh Asy'ariyah dan Sam Harris didukung oleh fakta dan argumentasi yang kuat namun penolakan mereka terhadap eksistensi kehendak bebas tak lepas dari masalah dan mereka juga telah menyusun argument lanjutan untuk memberikan solusi atas problem yang terjadi.

  • ASY'ARIYAH

Sebagai sebuah sekte dalam agama Islam, Asy'ariyah memiliki masalah berkaitan dengan keadilan Tuhan. Jika semua kejadian merupakan kehendak dan perbuatan Tuhan maka Tuhan juga bertanggung jawab atas adanya bencana alam yang merugikan manusia dan adanya orang yang melakukan banyak dosa sehingga masuk neraka. Dan jika memang begitu maka Tuhan telah berlaku jahat dan zalim karena menghendaki keburukan bagi hamba-Nya.

Menjawab masalah ini, kaum Asy'ariyah berpendapat bahwa Tuhan tidak memiliki tujuan dalam perbuatan-perbuatannya. Apa yang Tuhan lakukan tidak dikhususkan untuk kemaslahatan manusia. Memang dalam perbuatan Tuhan ada kebaikan bagi makhluk-Nya dan Ia mengetahui kebaiakn itu namun hal itu bukanlah tujuan-Nya. Tuhan adalah Raja Absolut yang melakukan sesuatu sesuai kehendak-Nya. Bagi mereka, keadilan adalah "menempatkan sesuatu pada tempat yang sebenarnya, yaitu mempunyai kekuasaan mutlak terhadap harta yang dimiliki serta mempergunakannya sesuai kehendak dan pengetahuan pemilik." dan ketidakadilan adalah "menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, yaitu berkuasa mutlak terhadap hak milik orang lain." Maka apapun yang dilakukan Tuhan tidak dapat dikatakan tidak adil karena segala sesuatu adalah milik-Nya dan tidak ada hukum perundang-undangan di atas-Nya. Menurut kaum Asy'ariyah, Tuhan bisa saja memasukkan seluruh manusia ke dalam surga atau memasukkan seluruhnya ke dalam neraka dan hal itu tidak dapat dipandang tidak adil.

Para ulama Asy'ariyah biasanya mengaitkan konsep kehendak bebas dengan etika sufistik. Meskipun mereka yakin bahwa kebaikan dan keburukan hakikatnya berasal dari Tuhan namun sebagai "adab" jika mereka melakukan suatu ibadah mereka katakan "ini adalah kehendak Allah" dan jika melakukan suatu dosa mereka mengatakan "ini kesalahan saya". Mereka juga lebih terdorong dan mendorong jamaahnya untuk lebih mencari rahmat Tuhan daripada mengandalkan amal ibadah sendiri. Karena mereka yakin bahwa seseorang masuk surga bukan karena amal ibadahnya tetapi karena kehendak dan rahmat Tuhan.

  • SAM HARRIS

Masalah yang dihadapi pendapat Sam Harris adalah akan adanya kecenderungan fatalistik serta pengabaian tanggung jawab moral dan sistem peradilan. 

Menurutnya, kehilangan kepercayaan terhadap kehendak bebas memperbaiki etikanya. Karena tahu bahwa setiap orang yang melakukan kesalahan merupakan korban dari hal-hal di luar kendalinya, Harris menjadi lebih berbelas kasih, pemaaf, dan mengurangi rasa memiliki ha katas hasil dari kesuksesannya. Namun sikap ini tidak selalu diperlukan. Mengajarkan sikap ini ketika mengajar bela diri tentunya akan tidak produktif. Dalam hal ini ia merujuk kepada relativitas kebenaran. Ada kebenaran ilmiah, etis, dan praktis yang sesuatu untuk setiap kesempatan. Perintah untuk menyerang penjahat tentu ada tempatnya.

Harris juga tidak menjadi seorang fatalis. Mengetahui bahwa setiap pikiran dan tindakan manusia memiliki latar belakang menjadikan seseorang justru lebih memiliki kendali kreatif atas kehidupannya. Contoh yang disebutkan Harris adalah ketika terjadi pertengkaran antara kita dengan pasangan kita itu terjadi karena mood yang kurang baik. Mood kurang baik terjadi karena kadar gula rendah. Memahami hal itu kita bisa, misalnya, mengajak pasangan minum teh bersama atau makan kue bersama ketika hendak memulai perbincangan.

Bagi Harris, melihat manusia sebagai fenomena alam tidak semestinya menghapuskan sistem peradilan tanpa membohongi diri kita mengenai asal-usul perbuatan manusia, Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa Harris membedakan antara tindakan sukarela dan tindakan non-sukarela. Jika seseorang melakukan suatu kejahatan seperti merampok dengan sebuah tindakan sukarela yang berdasarkan niat maka itu menunjukkan lebih jelas isi pikirannya. Seorang yang melakukan tindakan kejahatan secara sukarela dan kejahatan itu hanya dapat dicegah melalui penghukuman maka memang orang itu harus dihukum. Hal ini adalah untuk kebaikan orang lain agar tidak menjadi korban kejahatannya. Selain itu, penulis melihat bahwa hukuman kejahatan bagi Harris adalah berfungsi sebagai pencegahan dan rehabilitasi. Sehingga kejahatan itu akan tercegah untuk kembali dan orang yang memiliki hasrat kejahatan yang sama juga tercegah untuk melakukannya. Dan tentunya mencegah perilaku tersebut terimitasi melalui kebudayaan.

Demikian yang dapat penulis sampaikan terkait penolakkan Asy'ariyah dan Sam Harris terhadap kehendak bebas. Ternyata tidak terlalu buruk juga yaa menjadi seorang yang tidak percaya kehendak bebas ... Dan sampai disini apakah Sobat sudah mulai meragukan adanya kehendak bebas atau justru tambah percaya jika kehendak bebas itu nyata ? 

Part 1 bisa diklik di bawah ini:

(Part I) Kehendak Bebas Tidak Benar-benar Ada: Perspektif Asy'ariyah dan Sam Harris

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun