"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri" ~Ir. Soekarno
Kutipan Founding FatherIr. Soekarno tersebut diatas menggambarkan dinamika yang menimpa salah satu intitusi pemersatu bangsa yakni Tentara Nasional Indonesia (TNI) saat ini. Disaat berbagai isu yang menerpanya, baik yang berkembang di internal maupun di eksternal TNI harus tetap bisa menjaga optimisme kebangsaannya. Pemutaran film pengkhianatan G30S/PKI, pusaran politik dalam tubuh TNI serta pembelian senjata api ilegal merupakan isu-isu yang menyeret nama TNI akhir-akhir ini.
Pada masa awal perjuangan Bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaannya, banyak laskar-laskar atau badan perjuangan yang dibentuk oleh rakyat Indonesia. Tujuannya tak lain adalah untuk mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dari ancaman penjajah kala itu. Walaupun secara de facto Negara Republik Indonesia telah berdiri sebagai sebuah bangsa yang merdeka, namun realita yang ada adalah ancaman-ancaman Belanda melalui Agresi Militernya masih tetap terjadi. Berbagai ancaman silih berganti menghampiri Bangsa Indonesia. Dimana ada ancaman maka disitu pula hadir TNI sebagai gerbang terdepan dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan dorongan yang diberikan oleh rakyat Indonesia, TNI senantiasa bergerak mendobrak benteng-benteng pemecah belah Bangsa Indonesia. Hal inilah yang merupakan kekuatan TNI sampai saat ini yaitu Kebangsaan dan Kerakyatan.
Jika melihat kondisi TNI saat ini, ciri khas kebangsaan dan kerakyatan TNI seolah luntur. Ciri khas kebangsaan TNI seolah mulai tersisihkan seiring dengan minimnya kontribusi TNI terhadap kemajuan bangsa. Ketika TNI berbicara kebangsaan, banyak yang mencibirnya bahwa TNI memasuki ranah politik, bahwa TNI sudah menyalahi tugasnya sebagai institusi yang bertugas dalam pertahanan dan keamanan negara. Begitupun dari sisi kerakyatan TNI mulai luntur seiring dengan oknum-oknum yang membawa nama TNI menjadi tercoreng. Sehingga muncul istilah "koboi jalanan", seolah di nina bobokan oleh kegagahannya.
Ciri khas kebangsaan dan kerakyatan TNI tidak bisa dipisahkan, karena ketika kita berbicara kebangsaan maka tidak akan lepas dari rakyat. Begitupun ketika berbicara kerakyatan tidak akan lepas dari sebuah bangsa. Pertama, kebangsaan merupakan nilai-nilai yang harus melekat dan diterapkan oleh setiap prajurit TNI. Sehingga ketika berbicara kebangsaan maka tidak ada lagi hal-hal yang diragukan terkait kemajuan bangsa ini. Tidak ada anggapan-anggapan bahwa ketika berbicara masalah bangsa maka memasuki ranah politik, karena seyogiyanya masalah bangsa harus dipikirkan oleh setiap warga bangsa dan TNI merupakan bagian dari warga bangsa tersebut. Karena ketika kita memusatkan kemajuan bangsa dalam satu kerangka berfikir maka niscaya bangsa tersebut dapat mencapai tujuannya.Â
Hal itulah yang perlu ditingkatkan oleh setiap prajurit TNI. Kualitas kebangsaan bukan hanya diukur dari kecintaannya terhadap suatu bangsa dengan bersedia melakukan apapun demi bangsa tetapi dibarengi dengan peningkatan pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kedua adalah kerakyatan. Walaupun TNI merupakan institusi yang bertugas dalam pertahanan dan keamanan negara, tetapi harus diingat bahwa pada awal perjuangan TNI pun dibantu oleh rakyat. Bahkan sampai saat ini TNI hadir karena rakyat. Karena seberapa canggih alutsista yang dimiliki oleh TNI, tetapi tidak di dukung oleh rakyat maka akan tetap lemah. Karena bersama rakyat TNI kuat, TNI tidak bisa terlepas dari adanya rakyat, untuk itulah ciri khas kerakyatan TNI harus tetap dijaga.
Dengan demikian di usianya yang genap 72 tahun sudah saatnya TNI kembali pada karakteristiknya dengan memupuk jiwa kebangsaan dan kerakyatan dalam tubuhnya.