Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kelahiran Taubat yang Mengiringi Setiap Langkah (Selasan)

8 Desember 2021   16:35 Diperbarui: 8 Desember 2021   16:37 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk pertama kalinya Selasan diadakan di wilayah kota Magelang, tepatnya di daerah Wates, yakni kediaman Mas Adit (Ocean). Di tahun ketiga Selasan ini, akhirnya perjalanan pertama sampai area kota dan nampaknya akan membingkai kenangan tersendiri.

Selasan malam itu mengingatkan acara rutinan mingguan ini yang diadakan hanya beberapa orang saja. Mungkin keadaan tersebut bisa jadi menjadi awal/kelahiran pijakan-pijakan berikutnya. Atau memang sedang dalam fase yang masih mengandalkan stigma dinamis, fleksibel, cair, dll. Daripada memberanikan diri mengambil tanggung jawab dan peran dalam satu lingkar Majelis Selasan ini.

Namun, apapun pilihan yang akan diambil tentu saja tidak akan mempengaruhi wilayah cinta yang akan didapat. Manusia bisa menganggap setiap hari sebagai sebuah bentuk kelahiran, yang nantinya pasti akan mempengaruhi bentuk akan pengharapannya. Namun, Kanjeng Nabi pernah bersabda, "seseorang perlu dilahirkan dua kali untuk sampai kepada alam malaikat."  Suatu kelahiran rohani yang mungkin hanya dialami oleh manusia.

Jika individu membutuhkan dua kali, mungkin saja dalam suatu lingkungan membutuhkan berkali-kali kelahiran baru karena jumlah variabel yang banyak. Begitu pula mungkin dengan Selasan, perjalanan awal di perkotaan ini bisa jadi menjadi salah satu bagian kelahiran yang tidak bisa diformulasikan, kecuali hanya sebatas menghikmahinya.

Untung saja, Selasan bukanlah sebuah perkumpulan yang fokus pada bidang kultural ataupun sosial, melainkan hanya sebatas spiritualitas. Yang artinya lingkar Selasan sendiri tidak memiliki tanggung jawab apapun terhadap budaya ataupun hubungan sosial, melainkan hanya dengan dirinya masing-masing.

Dulur-dulur yang sering dan terus mengupayakan diri untuk berangkat memiliki beberapa kemungkinan, pertama bisa jadi karena waktu dan tenaganya masih luang; kedua bisa jadi karena diri merasa masih belum baik-baik saja dan membutuhkan stimulan wirid dan sholawat untuk mengobati hatinya yang dirasa masih sakit; atau ketiga, karena ketulusan dan keikhlasan cintanya kepada segala bentuk manifestasi asihNya pada Selasan.

Yang pertama bisa jadi karena sudah ada kesadaran dari masing-masing dulur mengingat suatu nasihat akan memperbanyak dzikir di malam hari, daripada menghabiskan malam dengan aktivitas lainnya. Yang kedua: dengan pijakan "ihdinash-shiratal mustaqim", dirinya masih membutuhkan banyak pengingat karena dirinya masih merasa tersesat dan membutuhkan lebih banyak petunjuk, setidaknya ada upaya meski untuk sekedar gondelan kaos e Kanjeng Nabi, melalui wirid dan sholawat dalam Selasan.

Dan yang ketiga atau terakhir, merupakan suatu keadaan yang membutuhkan kesadaran ihsan dan porsi manajemen tauhid yang selalu terjaga. Selasan sendiri pernah ditadabburi sebagai suatu majelis "biqalbihi", yang menandakan bahwa rutinitas ini selalu mengajak dulur-dulur yang hadir untuk lebih mengenal dirinya melalui aktivitas wirid sholawat yang dilantunkan, daripada memilih lebih lantip untuk berada di wilayah "bilisanihi" maupun "biyadihi".

Kalau Selasan putaran ke-104 ini merupakan langkah awal, berarti di saat bersamaan ada taubat yang mengiringinya. Ada perasaan takut untuk memulai, sebab perjalanan ini bisa jadi berpotensi menyimpan lebih besar kehilangan perhatianNya, cintaNya, ataupun ampunanNya. Kita semua takut ataupun malu sebab Dia Maha Melihat segala sesuatunya.

"Subhanallah wal-hamdulillah wa laa ilaaha illa-Llahu wallahu-akbar."

Terlepas dari hujan gerimis yang membersamai kemesraan Selasan di kediaman Mas Adit dan penantian harap akan kedatangan dulur-dulur yang lain. Selalu ada dua kemungkinan yang tidak bisa kita pilih salah satu dan membuang bagian yang lain, baik itu antara kebaikan-keburukan, atau hikmah-peringatan, dsb. Yang pasti sudah lebih dari cukup jika setiap pertemuan tak pernah kurang dengan hiasan kegembiraan senyum dan tawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun