Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fana

21 September 2021   15:51 Diperbarui: 21 September 2021   15:56 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi: Saefullah

Malam Selasan ke-93 kali ini nampak tak seriuh biasanya. Bertempat di Omah Selasan, Dusun Pletukan, Tempuran, terlihat barisan duduk yang masih lengang ketika acara telah dimulai. Namun, berapapun jumlah yang membersamai perjalanan ini, hal tersebut tidak akan berpengaruh terhadap apapun. Sebab, pasang surut sudah pasti menjadi bagian dari dinamika kehidupan.

Kehadiran memang nyata, dan di setiap yang nyata pasti terkandung sesuatu yang fana. Begitupun sebaliknya. Dari setiap yang ada, sudah pasti dimulai dengan peniadaan sesuatu hingga pada akhirnya nampak "ada". Di dalam gelap pun sudah pasti akan terkandung cahaya, yang mana secerca cahaya itu akan begitu bermakna.

Selasan yang sunyi malam ini seolah memberi kefanaan akan hagemoni atau keriuhan yang biasa tercipta. Sesekali kita mesti mengimbangi keramaian dengan keheningan, kemudahan dengan kesulitan, pun kebahagiaan dengan kesedihan. Kita sudah pasti memerlukan banyak-banyak pengalaman suasana dan memetik buah hikmahnya. Sehingga dulur-dulur semua semakin banyak memilki pengalaman untuk belajar keseimbangan.

Fana disini tidak berbatas pada jumlah jasad yang hadir dan nampak terlihat. Akan tetapi juga fana terhadap segala pendengaran dan pengucapan yang juga bertambah samar dan lirih. Nyatanya tidak keabadian yang melekat pada diri. Dan Tadabbur Selasan ini pun juga hanya menjadi sepenggal bagian dari pencarian yangbelum bisa diketahui ujungnya.

Jika dilihat dari sisi tasawwuf dalam suatu kitab, fana ini menjadi bagian terakhir sesudah 'ta', 'sin', dan 'wawu' yang menjadi penyusu dasar kata tersebut. 'Ta' menjadi bagian pertama yang mesti diapaki, yakni taubat--- baik secara lahir dan juga batin. 'Sin' menjadi simbol bagian kedua untuk menapaki keadaan yang aman dan sejahtera. Artinya suatu keadaan menuju ke arah hati yang suci dan tenang.

Namun, untuk mendapati hati penuh ketenangan tidaklah mudah, sudah pasti kita terikat oleh hawa nafsu dan kehendak yang mengekang sepanjang hayat. Hanya saja, nuansa malam ini setidaknya sedikit memberi hikmahnya, bahwasanya kita perlu mengalami banyak gejolak batin. Ketenangan air laut hanya bisa dirasa setelah mengetahui kacaunya gelombang badai.

Meski lingkaran Selasan tidak begitu besar, namun Selasan bisa menjadi suatu proyeksi penglihatan akan sesuatu yang lebih besar atau mengecil. Selasan bisa menjadi manifestasi pendengaran dan pelafadzan, baik ke luar atau ke dalam diri. Dan semua itu memang menjadi jalan untuk membebaskan hati, dengan menjadikan Selasan sebagai tempat untuk memformulasi daya untuk terus-menerus mengingat Allah.

Huruf konsonan berikutnya 'wawu', mengandung makna sebagai wilayah suasana kesucian dan kemurnian para pecinta Allah dan sahabat-sahabatnya. Sehingga, keadaan ini digambarkan dalam firman, "Ketahuilah, sesungguhnya pembantu-pembantu Allah tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak mereka berdukacita. Bagi merekalah kegembiraan di penghidupan dunia dan akhirat..." (10:62- 64). Kita bisa memperhatikan bagaimana akhlak mulia lantas terwujud dan juga sifat-sifat ilahi yang terpancar baik dari penglihatan, pendengaran, maupun perkataan dari seseorang.

Dan yang terakhir merupakan huruf 'fa', yang diartikan sebagai situasi fana. Hampir sama dengan keadaan yang mungkin tersirat pada nuansa yang terbangun dalam Selasan ke-93 kali ini. Keriuhan yang biasa terasa itu lenyap dalam kesunyian. Diri-diri yang biasanya memenuhi pandangan, seolah hancur menjadi sebagian. Mungkin saja secara hakikat, hati-hati itu senantiasa hadir. Tidak ada yang berkurang ataupun bertambah. Hanya kita yang seringkali mudah tertarik kepada kepalsuan.

Adakah sesuatu itu tidak binasa, kecuali wajah-Nya? Berkat segala anugerah dan karunia-Nya, kita akan dituntun menuju hakikat kesejatian yang menjadi tujuan segala perjalanan ini. Hingga hati akan ridho terhadap segala yang didapati dalam Majelis Wirid dan Sholawat "Selasan" Maneges Qudroh. Apalagi ketika Dia berbisik dalam keheningan, "Dan Allah bersama dengan orang-orang sabar." (8:66)

***

Omah Selasan, 14 September 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun