Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Malam Pengorbanan

10 Agustus 2021   14:45 Diperbarui: 10 Agustus 2021   15:26 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: @Pieu_Kamprettu

Gema takbir menggema sehari penuh pada hari ini atas dirayakannya hari raya Idul 'Adha. Puji dan syukur banyak terasa masih mendapati kesempatan untuk menikmati suasana seperti ini. Sekalipun keadaan pandemi menuntut diri untuk banyak belajar adaptatif terhadap berbagai lingkungan, namun hari raya korban ini seolah menyampaikan berkah tersendiri tentang pengorbanan.

Siapa coba yang tidak merasa dirinya menjadi salah satu dari korban dalam keadaan seperti ini? Siapa yang tidak terkena efek pandemi? Apakah jumlah harta bisa menjamin kemanan dan keselamatan? Apakah menaati protokol kesehatan juga bisa menjadi jaminan bahwa diri ini setidak-tidaknya mampu menghindar dari potensi terpapar virus? Sekalipun kita mengurung diri dalam bunker "di rumah saja"?

Kepada apa dan siapa selama ini kita menggantungkan diri akan keamanan dan keselamatan? Tidakkah merasa kita justru bermain playing victim kepada satu-satunya tempat kita menyandarkan harapan? Kita seolah-olah enggan menjadi Ismail yang rela mengorbankan dirinya, apalagi untuk memiliki keteguhan iman seperti ayahnya, Ibrahim, yang nampaknya secara "brutal" tega hendak menyembelih anaknya. Untung saja pada zaman beliau belum ada android. Sudah pasti viral sedunia, bukan?

Ada seorang bijak mengatakan bahwa jika seorang pelayan Tuhan telah memiliki kemuliaan untuk mengorbankan hidupnya, satu hari baginya akan lebih berharga dibandingkan dengan seluruh kehidupan dunia dari awal hingga akhir. Walaupun kebiasaan kita seringkali meniadakan-Nya dan itu adalah sesuatu yang mustahil. Karena mustahil, jadi kita-lah yang harus meniadakan diri kita. Tapi apakah kita sudah ada upaya untuk itu? Apakah rela jika keeksistensian kita tersembelih sedemikian rupa?

Selasan pun yang tak sedikit banyak mendapat tanggapan akan keeksistensiannya hingga sampai titik ke-85 kali ini. Padahal tidak ada yang berniat mengorbankan ongkos pertemuan tiap minggunya, kecuali hanya untuk berkumpul bersama mendendangkan syair kepada Sang Terkasih. Terkadang, prasangka seperti itu nampak upaya untuk menyembelih apa yang disangka menurutnya pantas tersembelih. Meskipun pada akhirnya, secara tidak sadar hal itu membuat tergorok oleh ketajaman ludah sendiri.

Dulur-dulur yang berkumpul pada hari ini di kediaman Mas Mukti, Dusun Pletukan, tepat di momentum hari raya Idul 'Adha pula, tidakkah menunjukkan sesuatu kepada kita bahwa mereka rela dirinya tertahan menjadi tawanan kemesraan dalam Selasan. Dan ketika dulur-dulur ini menjadi tawanan, jangan takut pada atas murka-Nya saat niat kita tulus menghamba, sekalipun Dia Yang Maha Menghukum kita semua.  "Tidak ada yang berputus asa dari kasih sayang Tuhan, melainkan orang kafir". (12:87)

Menjadi sebuah keniscayaan apabila kita mengubah keyakinan yang dulu dan berupaya untuk memahami-Nya, baik dalam rasa takut ataupun dalam pengharapan, kemudian kita menyadari bahwa kita semua tidak bisa lepas dari kehendak-Nya pada setiap keadaan. "Hai Nabi, katakanlah kepada tawanan-tawanan yang ada di tanganmu, 'Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil daripadamu dan Dia akan mengampuni kamu' Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (8:70) Tidak hanya kebahagiaan di dunia ini yang akan Allah berikan, tapi juga kebahagiaan di kehidupan yang selanjutnya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar

Laa illaha ilLallahu Allahu Akbar

Allahu Akbar walillahilhamd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun