Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenali Diri dan Tumbuh Menjadi Profesional

8 Juli 2021   16:05 Diperbarui: 8 Juli 2021   16:08 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu terus berlalu, kita tidak akan pernah menafikkan diri yang semakin tumbuh dan terus tumbuh. Tidak hanya secara fisik, tapi juga secara nalar dengan berbagai proses pengalaman yang telah dilalui. 

Dengan bekal tersebut, kita selalu ditantang untuk dapat memecahkan suatu masalah yang tak pernah selesai. Karena menjadi suatu keniscayaan jika masalah yang menjadi salah satu sebab kedewasaan manusia itu dihilangkan.

Kalau masalah, terutama yang datang dari luar diri kita, menjadi suatu keniscayaan yang hampir mustahil dihilangkan, lantas apa yang bisa dikembangkan dar potensi diri agar selalu memiliki kuda-kuda untuk menjawab tantangan yang selalu datang silih berganti tersebut? 

Kecanggihan teknologi hanya menjadi daya tawar sebagai alat bantu untuk manusia, sebab tak semua manusia mampu mengaksesnya dan mendayagunakannya secara bersama-sama.

Hal yang paling penting diperhatikan adalah mengidentifikasi hal-hal kecil apa yang sekiranya menghambat laju kecepatan pertumbuhan diri? Kita secara alami selalu diberikan solutif-solutif nyata, hanya saja kita enggan untuk memilih secara tegas. 

Misalnya saja, kita mengetahui bahwa penyakit yang menjangkit dalam diri adalah rasa malas, lantas mengapa engkau tidak menyegerakan diri untuk mengambil sikap dan kebiasaan sebagai seorang yang rajin? 

Ketika kita mengetahui bahwa ada limitasi pengetahuan, mengapa tidak kau terima limitasi itu dan berupaya untuk meng-upgrade batas limitasi tersebut? Bukan malah banyak mencari alasan dan pembenaran terhadap ketidakmampuan diri. Apalagi hanya dengan mengambil kata-kata bijak, yang dirinya sendiri ingkar dengannya.

Kalau dalam lingkungan pekerjaan, kita selalu dituntut untuk profesional terhadap aturan yang berlaku dalam suatu lingkungan tersebut. Bahkan, jika aturan yang berlaku itu bias, kita seharusnya tidak kehilangan daya dan upaya untuk terus memperhatikan konsistensi dan profesionalitas dalam bekerja. Kecuali jika tidak kunjung mendapat upah yang dijanjikan. 

Sebab, pekerjaan itu akan menjadi sebuah nilai ibadah apabila kita tepat dalam pengamalannya. Dan lingkungan pekerjaan menjadi tempat yang tepat untuk banyak belajar tentang profesionalitas diri.

Saya pernah mendapati beberapa orang yang kurang mampu menjaga kepercayaan yang diamanatkan kepadanya. Sehingga efek yang terjadi dalam melakukan suatu pekerjaan hasilnya menjadi kurang maksimal.

Saya berpikir, hasil pekerjaan itu bukan tanggng jawab mereka sekalipun mereka yang mengoperasikan secara langsung. Akan tetapi, hasil pekerjaan tetap menjadi tanggung jawab saya sebab saya yang merekrut mereka menjadi pekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun