Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Yang Lebih Kuat dari Persepsi adalah Konsistensi"

1 Juli 2021   16:18 Diperbarui: 1 Juli 2021   16:34 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika membicarakan suatu algoritma terkesan sedikit asing, mungkin kata yang sering kita dapti pada umumnya adalah program. Program sendiri suatu output dari sebuah algoritma, yang mana sangat logic (penuh perhitungan) dan sistematis. Sistematis disini memiliki maksud antara komponen satu dengan yang lainnya memiliki jalur persambungan yang terukur dan sangat disiplin.

Orang seringkali hanya sebagai penikmat suatu program, namun jarang menelisik ke dalam hingga ke bagian-bagian komponen penyusun hingga utuh menjadi suatu program tersebut. Padahal, dari sebuah program yang wujudnya bisa dikatakan sederhana, namun dibalik itu terdapat suatu disiplin pun etos laku yang memiliki fungsinya masing-masing.

Agar program bisa berjalan sebagaimana yang diinginkan, atau agar tercipta suatu image dengan format (.exe) pun juga diperlukan suatu proses debugging. Debugging sendiri menurut Wikipedia adalah sebuah metode yang dilakukan oleh para pemrogram dan pengembang perangkat lunak untuk menganalisis alur kerja program, mencari dan mengurangi kutu, atau kerusakan di dalam sebuah program komputer atau perangkat keras sehingga dapat bekerja sesuai dengan harapan.

Semakin program itu mengasyikkan dan mempunyai banyak shortcut untuk memudahkan pekerjaan kita sebagai manusia, tentunya semakin rumit segala alur dan proses perhitungan dalam menyusun atau menciptakan suatu program tersebut.

Apabila diproyeksikan dalam skala yang lebih luas, diri ini merupakan suatu program yang mana tersusun atas komponen/perangkat yang dibuat oleh Sang Maha Progammer. Kita tidak bisa mengatur berapa jumlah darah yang dipompa dalam jantung, kita tidak pernah bisa memastikan berapa detak jantung yang akan berdetak dalam rentang waktu tertentu. Bahkan untuk mentransfer informasi dari lidah ke alam pikiran pun, kita tidak bisa membuat semacam kabel usb yang bisa menyerupainya. Semua bergerak sesuai sunatullah atau sistem algoritama yang telah diciptakan oleh Sang Maha Hidup.

Tidak hanya dalam diri, analogi program ini juga bisa diterapkan dalam fungsi kebersamaan. Dengan mengambil sampel suatu program, kita jadi lebih mudah me-mapping bagian-bagian mana yang bekerja kurang maksimal. Atau bagian-bagian mana yang semestinya perlu diperbaiki atau diganti dengan perangkat yang lebih kompatibel agar suatu program mampu berjalan maksimal.

Itupun dalam suatu program, dalam rentang waktu tertentu pasti ada penawaran untuk upgrade fitur-fitur yang baru. Kita tidak boleh sembarangan upgrade, karena apabila kita tidak bisa memastikan kapabilitas device-nya mendukung untuk menjadi suatu ruang, maka yang terjadi program akan tidak berjalan secara maksimal. Terutama bagi seorang maniak gamer, pasti bisa merasakan hal-hal yang tidak nyaman ketika device-nya tidak kompatibel dengan permainan yang digandrunginya.

Dari sebuah program, yang membutuhkan bangunan algoritma yang sistematis dan bisa dibuktikan secara logis dengan batas-batas tertentu. Ada banyak hal yang bisa dipetik sebagai bekal untuk mengarungi kompleksitas permasalahan yang semakin ruwet. Ketika semakin rumit, itu berarti kita memerlukan upgrade baik secara cara pandang, cara pikir, dan cara-cara yang lain untuk menemukan shortcut-shortcut baru, bukan untuk menghilangkan masalah, melainkan untuk meringkas waktu penyelesaian sebuah masalah.

Dari hal tersebut, saya mendapati korelasi dari apa yang pernah ditekankan oleh seorang Begawan yang berkata, "yang lebih kuat dari persepsi adalah konsistensi." Suatu program akan berjalan dengan konsistensi alur yang sudah ter-setting sedemikian rupa. Dan sebagai seorang hamba, kita semestinya juga mampu menjaga konsistensi itu, meskipun tidak mudah.

Konsistensi atau sering dikatakan sebagai suatu laku istiqomah memang bukan hal yang remeh. Orang yang menjaga konsistensi memiliki konsekuensi utama mendapatkan penilaian dari luar diri sebagai orang yang idealis sampai kolot. Apabila suatu mesin dipakai melebihi kapasitas tanpa memiliki sistem pendingin, ada kemungkinan akan mengalami overheat. Apabila hal itu dibiarkan, maka akan ada potensi merusak bagian komponen yang lain. Begitu juga dengan program secara individu ataupun kolektif.

Yang utama harus dilakukan adalah kita jangan pernah berhenti untuk terus mengukur, melakukan perhitungan, ataupun memastikan keamanan algoritma yang berjalan sesuai dengan harapannya. Dengan begitu, kita bisa memastikan bahwa suatu program, diri, ataupun kebersamaan yang sedang dijalankan, akan bisa bertahan di segala arena cuaca perjuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun