Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sangka

8 Januari 2021   16:24 Diperbarui: 8 Januari 2021   16:44 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
in frame: Arif Sulaiman

Tabir berdendang menyuarakan rerintihan
Di antara takdir yang mengekang, memenjarakan keinginan
Taksir berlalu-lalang selalu menawarkan kehangatan
Namun tafsir datang, melantangkan kebimbangan

Mereka dengan mudah berteriak tidak manfaat, seolah-olah dirinya bisa memberi syafaat
Mereka dengan lugas mengatakan cinta, namun yang dilakukan tak lebih dari sekedar kata-kata
Kalau bahasa kurang bisa menerjemahkan aksara, mengapa tidak berhati-hati memilih laksa?
Kalau hati tak kuasa menampung segala rasa, mengapa tak bisa lebih waspada terhadap sangka?

Mereka sesuka hati mempermainkan titah perintah
Bersendau gurau dengan iradah, apalagi hanya untuk memperkuat eksitensi ibadah
Bahkan masa bodoh dengan apa yang telah menjadi qudroh kuasa-Nya
"Berdaulatlah dengan diri!" teriak Sang Raja, daripada mbuntut kepada yang merasa 'alim tapi tidak bijaksana

Sangka... Sangka... Sangka...
Menenggelamkan setiap insan dalam kekalutan
Hingga tak sadar telah kehilangan "aku"
aku yang di"kita-kita"kan, di kelompok-kolompokkan, di lembaga-lembaga-kan

Pernahkah kita bertanya pada diri, "siapa aku?"
aku yang seringkali juga di"aku-aku"kan sendiri,
Kau kira, aku ini aku?
Kau kira, kamu itu kamu?

Saat aku belum tentu mengenal "aku",
Terkadang diri merasa asing sendiri, padahal dirinya-lah yang mengasingkan diri
Atau kadang merasa terdampar dalam kesunyian, sedang sunyi itu, diri sendiri-lah yang menciptakan
Pantas saja Tuhan melantangkan, "Sungguh manusia itu dholim dan bodoh"

Berharap nyata, saat diperjalankan dalam fana.
Begitupun ketika menyadari fana, justru yang dirasakan sangat begitu nyata.
Yang disebut nyata, sering tak lebih dari kumpulan prasangka.
Yang suka disangka-sangka tak ayal malah berujung "sekolahnya akta"

Oh, Sangka dari Yang Maha Sangka...

Saling sangka bertebaran menyibakkan mata
Saling sangka memekik tak henti menggetarkan gendang telinga
Saling sangka berkeliaran menyelimuti pelataran akal
mengjihjabi penglihatan, pekat dan semakin gelap

Wahai Yang Maha Benar dari segala sangka
Sediakah Kau berikan petunjuk?
Atau menerangi dengan sepercik cahaya-Mu?
Sekalipun berlapis-lapis, enggankah Kau teguhkan hamba?

***

Magelang, 8 Januari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun