Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beribadah Semata-mata karena Rindu

23 Desember 2020   16:40 Diperbarui: 23 Desember 2020   16:45 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Lanjutan: Ibadah Sebagai Sarana Komunikasi )

Memang berat dan sulit untuk melaksanakan hakikat shalat yang sebenarnya bagi orang awam. Walaupun kita sudah serius, angan-angan selalu saja hadir. Ruku', sujud, komat-kamit ala kadarnya sedang pikirannya ingin segera makan, sedang berjumpa seseorang, membayangkan rizki, merencanakan sesuatu (yang pasti selalu bersifat keduniawian). Sehingga tragisnya muncul rasa ingin cepat-cepat selesai dalam melakukan shalatnya.

Mungkin dalam kehidupan sehari-hari orang yang sudah berusaha khusyu' shalatnya  dengan orang yang sekedar formalitas shalatnya bisa dibedakan. Orang yang selalu berusaha khusyu' selalu menahan egonya ketika sedang berosial,  sedang orang yang melukukan formalitas saja shalatnya, egonya pasti berlarian kemana-mana. Entah itu dalam bermusyawarah atau bersosial. Merasa benar sendiri dan suka meledak-ledak nadanya, walaupun seorang ahli ibadah tapi kurang cocok kalau perilakunya seperti itu.

"Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyu' dalam shalatnya." (QS: Al-Mu'minun 1-2)

"Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa golongan setan itulah golongan yang rugi." (QS: Al-Mujadilah 19)

Setan toh menjadi penghalang serta menyebabkan kita tidak khusyu'. Dan tentunya kita tidak pernah bisa menghalanginya. Sekuat apapun iman kita, setan juga akan semakin tangguh dalam upaya untuk menggoyahkan iman kita. Tetapi semua itu dapat kita antisipasi  jika kita sabar dan berserah diri kepada Allah. Ya, hanya kepada Allah, bukan kepada manusia ataupun makhluk lainnya.

Maka dari itu shalat sungguh sangat sulit dan berat apabila kita setiap akan melaksanakan shalat, kita memiliki kesadaran bahwa kita akan bertemu dengan Tuhan. Karena dengan kesabaran akan membawa kita berserah diri kepada Allah. Kalau kita tidak memiliki kesadaran akan hal tersebut, disitulah kesempatan bagi setan kita untuk mengganggu kita ketika shalat melalui pikiran dan angan-angannya.

"Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah orang-orang yang mempersekutukan Tuhan." (QS: Al-An'am 79), Inna shalati wanusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil'alamin. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam.

Bagi seorang mukmin, shalat merupakan tempat beristirahat sekaligus menghilangkan rasa kesunyian yang dirasakan. Ia akan menemukan ketenangan yang luar biasa. Rohnya merasakan kedamaian karena bertemu dengan Yang Sejati. Shalat merupakan meditasi tertinggi dari segala meditasi yang ada. Inilah jalan atau tarekat yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya.

"Apabila kalian melaksanakan shalat maka jangan lah terburu-buru dan datangilah shalat tersebut dengan tenang dan penuh rasa hormat." (HR. Bukhari)

Jalan merupakan sebuah penghubung. Dari mana mau kemana. Kita tidak bisa berhenti terus di satu titik. Ada hulu pasti ada hilir. Jalan air untuk kembali ke lautan kalau kita bayangkan sangat tragis. Mereka harus rela dimanfaatkan oleh semua makhluk hidup. Diolah oleh sistem pencernaan kemudian menjadi air kencing. Dipakan untuk membersihkan pup kita, untuk membersihkan segala jenis kotoran. Bercampuran dengan limbah-limbah perusahaan yang mengandung racun. Air mengalami segala jenis kontaminasi sebagai penunjang kehidupan. Bertemu sungai lalu dibawa pulang kembali ke lautan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun