Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terlamun Menanti Pagi

3 Agustus 2020   16:36 Diperbarui: 3 Agustus 2020   16:49 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku mengingatmu karena benar-benar lalai. Aku mengingatmu karena benar-benar dholim dan bodoh. Aku mengingatmu karena memang tidak memiliki daya dan upaya apapun. Aku mengingatmu karena tidak pernah bersungguh-sungguh. Aku mengingatmu agar terhindar dari luka-luka yang menyayat. Aku mengingatmu selama ini bukan karenamu, selain demi kenyamananku.

Sejenak aku duduk di beranda rumah lewat tengah malam. Sunyi dalam remang. Remang yang kalut oleh dingin. Belum lagi serbuan pasukan lemut yang sangat pecundang karena tidak berani satu lawan satu.

Menanti  pintu itu terbuka, mengadirkan terang sekaligus mengantarkan fajar. Sekalipun ia berkeliaran dalam kelamnya prasangka. Tak ada hasrat ataupun harap. Tak ada keinginan atau bahkan kebutuhan. Kecuali kesiapan menyambut datangnya hangat meski nampak hanyut dalam lamunan, menanti pagi. Menyapamu. Menatapmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun