Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Multi Ketidakpastian yang Mengenalkan akan Satu Kepastian

5 Juni 2020   00:01 Diperbarui: 4 Juni 2020   23:53 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash/nijwan-swargiary

Karena pada dasarnya, keberlangsungan hidup sangat berbeda dengan kebutuhan hidup. Dan akhir-akhir ini, kebutuhan hidup lebih banyak diutamakan demi eksistensi ataupun demi lebih banyak mendapatkan perhatian.

Langkah berikutnya adalah kita mesti berlatih menciptakan iklim kemandirian berpikir, baik secara individu maupun komunal. Dengan kemandirian tersebut, setidaknya kita tidak lagi bergantung kepada sesuatu yang berada di luar diri atau kelompok kita. Bahkan, di skala nasional pun seharusnya kita mesti belajar kemandirian dengan tidak bergantung terhadap kondisi perekonomian dunia. 

Lho, katanya negeri ini bagai kolam susu? Maka dari itu, kemandirian berpikir dapat dimulai dengan menuntut ilmu-ilmu kehidupan dengan dimulai dari menjawab pertanyaan, mengapa kita diciptakan? Apakah tidak ada yang menjamin selama kita hidup? Tapi, bukankah pada akhirnya satu-satunya kepastian dari yang hidup adalah mati?

Tidak akan mungkin tercipta kecerdasan berperilaku tanpa sebelumnya mengalami proses berpikir, kecuali ada campur tangan Tuhan melalui hidayah-Nya. 

Kita sering diperingatkan untuk tidak malas berpikir di tengah gegap gempita pelarian dan pengiburan melalui kemajuan teknolgi. Dan diri kita sendiri yang mengetahui, memilih teguh atau hanyut dalam ketidakpastian?

Bisakah kita menimbun kekayaan disaat banyak melihat lingkungannya kelaparan? Sediakah kita menjual barang-barang tanpa pertimbangan demi kebutuhan dan menjaga eksistensi? 

Lantas keamanan seperti apa yang diinginkan dalam perekonomian, jika hutang tak kunjung menemui titik cerah cara pelunasannya? Bagaimana bisa menjamin yang makro aman, jika yang mikro tidak diperhatikan?

Kita dituntut ikut andil menjaga stabilitas sistem keuangan, sedangkan stabilitas sistem kesadaran berpikir masih latah hingga menimbulkan inkonsistensi dan ketidakselarasan antara laku dengan kata-kata yang telah disepakati. Mengapa Nabi Adam lebih mulia dibandingkan dengan iblis? Karena doa beliau, "Rabbana dholamna anfusana." 

Ya Rabb, kami telah mendholimi diri kami sendiri. Karena sikap kerendah-hatiannya, bukan kesombongan dan kesembronoan yang ditunjukkan oleh iblis ketika mendapat perintah sujud kepada Adam.

Apa yang membuat takut pada dasarnya hanya karena terlalu besarnya pengharapan. Kita hiudp di tanah yang sangat subur dan kaya, dan khawatir terhadap sistem disaat harta dan kekayaan negara telah banyak dibagikan ke negara-negara lain disaat negeri ini lebih memilih hidup sederhana dan jeratan hutang. Bukankah begitu mulia akhlaknya?

Namun lambat laun, karena derasnya visualisasi citra kemewahan melalui berbagai kemudahan akses media. Orang-orang jadi menginginkan hal tersebut sama seperti warga Mesir yang terkagum melihat kegerlapan Qarun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun