Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengambil Sikap "Hati Telanjang"

31 Maret 2020   15:35 Diperbarui: 31 Maret 2020   15:50 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, masih ora cag-ceg dan sibuk mengurusi informasi-informasi yang sliweran di dalam uzlah mereka di dalam gua-gua kibriya'. Dengan congkaknya mereka justru mencari kambing hitam atas uzlah mereka, bukan betul-betul me-lockdown diri di dalam pengasingan.

Tapi, masa iya di zaman milenial malah disuruh untuk bertapa, merenungkan diri? Lihat saja bagaimana para pesuluk atau para pencari kesejatian diri dalam melakukan uzlah atau khalwat, adakah masih anyi-anyi dalam melakukannya?

Adakah sekali-kali sebagai anak atau cucu, menjalankan perintah Simbah sudah cukup menyenangkan hatinya. Ibarat ketika anak cucu disuruh bersekolah menuntut ilmu, dengan cukup melakukannya, hal tersebut sudah membuat hatinya tenang dan bahagia. 

Bisakah sekali-kali kita memiliki kemandirian, kedaulatan berfikir, sehingga menghasilkan inisiatif sedikit saja untuk membalas pengasuhannya, rasa asihnya dengan membuatkan beliau secangkir teh atau kopi kesukaannya? 

Itu sebagai wujud atas banyaknya ilmu yang telah didapat dari menuntut ilmu dengan tidak menghilangkan adab atau cinta kepada beliau. Kira-kira bagaimana perasaan Simbah kalau kita memiliki inisiasi-inisiasi semacam itu tanpa lebih dahulu menunggu perintah?

Yang sok-sokan mengajak berperang pun masih terbiasa dengan daya asuh dan perintahnya tanpa pernah membangun kesadaran berfikir ataupun tabayyun terhadap segala hal. 

Lebih niteni ayat-ayat yang tidak difirmankan dengan analogi-analogi pemikiran yang bisa meng-upgrade dirinya. Tapi kalau dalam hal bersilaturrahmi saja anda masih belum beres, jangan terlalu muluk-muluk sok ingin menjaga sesuatu yang dianggap didhalimi.

Dalam hal ini, Simbah sekali lagi mengingatkan mengingatkan dengan sholawat asyghil "Allahumma shalli wa sallim 'ala Sayyidina Muhammad, wa asyghilid dhalimin bid-dhalimin. Wa akhrijna min bainihim salimin, salimin". 

Wahai Maha Pengasuh kami semua, limpahkan shalawat dan salam kepada Muhammad junjungan kami beserta keluarganya. Sibukkan orang-orang dhalim dengan orang-orang dhalim. Dan mohon keluarkanlah kami dari kesibukan mereka dalam keadaan selamat.

Wahai demikianlah puncak karier hamba
Hamba pengemis yang berjongkok di depan gerbang-Mu
Hamba persembahkan ketidakberdayaan dalam perjuangan
Hamba haturkan keterpurukan dalam peperangan
Hamba pasrahkan tak terusirnya putus asa dalam iman
Hamba tangiskan ketidaksabaran dalam penantian
Sisa kekhalifahan hamba tinggal hati yang telanjang

Bait terakhir dalam puisi dalam judul Hati Telanjang Kepada Tuhan yang dituliskan oleh Simbah pada awal tahun 2016 tinggal seperti itu. Jangankan Indonesia, bahkan China, AS, Iran, dan negara lain-lain yang kau sangka-sangka membuat riuh keadaan dunia, merupakan bagian dari Desa saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun