Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kerikil "Mata'ul-Ghuruur" dalam Perubahan Zaman

17 Desember 2019   15:45 Diperbarui: 17 Desember 2019   18:01 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah break istirahat sesi pertama, para peserta Silatnas seolah diberi bonus akan kehadiran Mbah Nun yang menyempatkan diri untuk mampir menyambangi cucu-cucunya dari seluruh Indonesia dan luar negeri yang sedang mengadakan acara silaturrahmi di Semarang. Tentu saja imunitas kebahagiaan itu datang berlipat ganda menyemangati diri untuk dapat memetik sesuatu atas kehadiran Mbah Nun. Sontak, suasana bertambah sejuk, meskipun beberapa mesin pendingin di aula yang kami pakai sedang berada dalam kondisi yang kurang maksimal.

Di Silatnas tahun kemarin, Mbah Nun tidak sempat menghadiri acara Silatnas yang diselenggarakan di Surabaya dan hanya memberikan beberapa poin yang mesti diperhatikan, dipelajari, dan dimaknai bersama-sama dalam tema "Blueprint Peradaban Masa Depan". Dan maiyah sendiri merupakan salah satu prototype dari peradaban masa depan.

Tantangan organisme maiyah adalah menghadapi kompleksitas masalah yang terus berulang dan berkembang. Yang pasti dan selalu saja berulang di setiap generasi, hanya saja terkemas dalam balutan kemasan yang berbeda. Jika kompleksitas masalah atau muatan sejarah itu terus berulang, pertanyaannya, apakah lingkaran tersebut dapat berakhir atau selesai? Apakah tantangan itu suatu saat dapat terhenti? Tentu tidak! Kecuali jika Sang Maha Asih menyudahi dialektika permainan kehidupan ini.

 Pertama-tama, Mbah Nun menyampaikan bahwa susunan 4 tingkatan ilmu (syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat) di dalam maiyah telah berganti susunannya. Hal ini berkaitan dengan apa yang telah disampaikan oleh Mas Helmi pada sesi pertama tadi pagi, bahwasanya dengan keadaan dimana manusia sekarang telah banyak melakukan tarekat virtual. Dapat berguru dengan siapapun tanpa pernah bertemu dan meski dalam rentang waktu kehidupan yang berbeda.

Melihat kondisi zaman dimana sekarang manusia dengan mudahnya mendapatkan ilmu dan langsung meloncat mempelajari hakikat, kemudian susunan 4 tingkatan ilmu dalam maiyah ditaddaburi menjadi hakikat yang pertama, kemudian syariat, tarekat, dan makrifat. Dalam mempelajari jalan dari hakekat ke syariat, kita dalam belajar kepada Cak Fuad dan Kyai Muzzamil. Di jalan antara syariat dan tarekat ada Syaikh Nursamad Kamba dan Kiai Tohar. Yang terakhir, dalam konsep tarekat ke makrifat ada Mas Sabarang.

Dalam susunan perubahan pola tersebut, Mbah Nun dhawuhi setiap simpul untuk lebih mempelajarinya. Selain itu, kami juga selalu diingatkan kembali untuk belajar perbedaan antara nubuwah dan risalah. Karena menurut Mbah Nun, yang lebih penting bukan anda percaya kepada Allah, tetapi bagaimana cara untuk membuat Allah percaya kepada anda. Selanjutnya tinggal bagaimana kita menjaga kepercayaan yang telah diberikan. Terlebih dalam suatu hubungan atau ikatan, lebih sulit untuk menjaga daripada hanya sekedar mendapatkan.

Untuk menjaga keparcayaan tersebut, Mbah Nun mengatakan, "kompleksitas itu semua harus percaya sama kamu." Sementara, dalam memandang kompleksitas kehidupan, kita masih tidak sadar terseret oleh golongan-golongan yang pada umumnya dibentuk karena memiliki kepentingan. Mbah Nun mengibaratkan hal tersebut dengan lokomotif yang sedang melaju menuju suatu tempat, dimana kita pada akhirnya hanya menjadi gerbong-gerbong kepentingan yang dikendarai oleh masinis. Dan di maiyah sendiri, kita dilatih untuk berfikir mandiri sehingga memiliki kebebasan di dalam cara kita memandang kehidupan. Mbah Nun pun mengisyaratkan maiyah dalam memahami hidup seperti aliran sungai, yang tergerak atas kehendak Sang Sumber Kehidupan.

Dan salah satu kompleksitas yang sedang dialami ini baru berbatas di dimensi dinamika ya'juj ma'juj. Manusia dibuat berfikir terbalik sedemikian rupa, dimana menjadi baik sudah bukan menjadi prioritas utama dan kalah penting dibandingkan dengan kekuasaan, kekayaan, bahkan kejujuran. Orang-orang takut kalah, sehingga menghalalkan berbagai cara untuk mencapai kemenangan yang telah mengalami distorsi makna sedemikian rupa sehingga cara yang kita ambil cenderung menjadi sempit, dangkal, dan terburu-terburu dalam mengambil setiap keputusan.

Menyinggung perihal Tajuk "Pilihan 3 Daur", Mbah Nun mencoba merepresentasikan salah satu keinginan jamaah adalah perubahan karena keadaan yang sedemikian rupa. Sehingga, jalan revolusi sosial tak ayal menjadi langkah yang terkesan cepat untuk mewujudkan perubahan. Revolusi ini terkesan terburu-buru, sedangkan pertengkarannya dimana? Kalaupun revolusi sosial ini merupakan salah satu jalan, Mbah Nun juga mengungkapkan tidak akan mengajak jamaah maiyah. "Malah ngrepoti mengko..." berbalas tawa oleh penggiat yang hadir.

Mbah Nun kemudian mengambil salah satu frasa kata terakhir dalam ayat Al-Imran ayat 185, yaitu mata'ul ghurur atau kesenangan yang memperdaya. Disaat perubahan merupakan sutau jalan, bukankah kehendak atas kemenangan merupakan sebuah tujuan? Lantas, apa jadinya jika kemenangan tersebut merupakan salah satu kesenangan yang memperdaya? Terlebih kompleksitas ini terjadi dalam skala nasional bahkan dalam sebuah peradaban.

Perubahan ini adalah bagian dari dimensi mensekulerasikan makrifat. Dimana segala sesuatu yang belum kita tahu, menjadi tahu. Dari yang belum memahami, menjadi faham. Dari yang sama sekali tidak terlihat, menjadi terlihat. Dalam dimensi tersebut, salah satu kemungkinan yang terjadi apabila kita semakin dekat dengan Allah, maka Allah akan semakin kritis terhadap kita. Ibarat bercak di permukaan kain putih, yang mudah nampak.  Salah sedikit saja, kita akan dihajar habis-habisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun