Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dialektika Perubahan Masa Hingga Hak Atas Diri Sendiri

28 September 2019   14:50 Diperbarui: 28 September 2019   14:56 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Canva

Tidak selamanya semua kata akan menjadi bermakna. Andaikata menjadi sebuah makna pun, tidak selamanya kita, bahkan aku sendiri mampu mengingat segala kata yang tersirat. Sekali lagi, pembenaran atas pemikiran pribadi selalu ditekankan kembali dengan memori-memori yang telah usang. Meski eksistensi selalu berada di balik topeng bertuliskan kebaikan.

Tentu tidak ada yang salah jika hal tersebut merupakan sebuah penekanan kembali atas sebuah kebenaran yang pada beberapa waktu yang lalu belum mampu dipahami oleh banyak orang. Kebetulan, gerakan massa yang terjadi menjadi jalan untuk membuka pandangan dan suara yang telah lama terpendam. Suara semakin lantang. Keberanian pun semakin membara dengan bertemunya mereka di jalan yang sama. Lawan!

"Sedang liat apa kamu, Wol" tanya Gus Welly yang melihat Bewol sedang asik dengan kotak androidnya di beranda rumah.

"Ini lagi memantau keadaan, cek ombak. Ternyata hampir semua media sedang membicarakan demonstrasi." Terang Bewol.

"Oww, lha kamu sebagai anak muda kenapa tidak ikut memperjuangkan suara rakyat! Malah duduk-duduk santai dirumah melihat keadaan lewat HP. Mana mentalmu?" Gus Welly menggoda.

Bewol hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Gus Welly. Dan lebih memilih untuk lebih berkonsentrasi kepada HP-nya. Seolah ada sesuatu yang ingin disampaikan, tapi lebih memilih untuk menahan dan memilih untuk cukup memberikan senyuman.

Gus Welly mengerti dengan kebiasaan aneh karibnya ini. Seorang pemuda yang penuh dengan kehati-hatian dan perhitungan. Dengan umur yang dibilang muda tersebut, Gus Welly sangat menghormati cara Bewol menghargai ketepatan waktu. Bahkan, Gus Welly yang notabene mendapatkan gelar "Gus"-nya sebagai akibat dari bapak yang kebetulan seorang Kiai, sangat banyak belajar dan bertukar pikiran dengan Bewol. Padahal, ilmu Gus Welly sendiri sudah pasti lebih banyak dan mumpuni.

"Lha, kamu sendiri kenapa gak berangkat demo, Gus? Kamu merasa sudah tua po?" balik Bewol mengajukan pertanyaan.

"Duuh, gini ni yang terkadang bikin males aku nanya sama kamu, Wol! Jawab Gus Welly.

"Atau jangan-jangan kamu tanya sama aku hanya ingin membenarkan opinimu, dengan berharap kesamaan pemikiran atas jawabanku? Apa, kamu ingin aku berargumen apa biar kamu benar?" kata Welly sembari menepuk pundak Gus Welly.

"Angel ngomong karo kowe, Lurr...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun