Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Zaman Edan, yang Dianggap Bodohlah yang akan Menjadi Pemimpin

18 September 2019   16:22 Diperbarui: 18 September 2019   17:28 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahkan hati kita tidak akan pernah belajar bagaimana perasaan ikhlas itu, di mana rasa ikhlas akan membesarkan tiap jengkal syukur kita kepada Tuhan. Bahkan pada tingkatan tertentu, kita akan merasa sangat berterimakasih sekali kepada setan atau iblis karena selalu membantu meningkatkan kualitas iman kita kepada Al-Hayyu.

Di zaman edan ini semua membuat bingkai-bingkai imannya sendiri di dalam satu tubuh. Mereka berkumpul untuk menyalahkan sesuatu, atau menentang sebuah perilaku. 

Mereka melakukan segala cara untuk memuaskan dahaga nafsu kebenaran dan menaklukan, bahkan menindas siapa saja yang berseberangan dengan ideologinya. 

Walaupun terkadang mereka tertipu oleh diri sendiri dan dimanfaatkan oleh para pemegang saham. Bebaslah mereka berkembang di negeri demokrasi ini, yang penting perut kenyang.

Mereka sering bersuci tapi tidak pernah mencapai hakikat penyucian. Hati selalu membara seakan lupa untuk sekali-kali didinginkan. Nafsu untuk membela yang mereka anggap benar semata-mata berubah seperti suatu penindasan. 

Mereka membela Tuhan tapi selalu lupa akan kasih sayang. Merasa terpanggil agama tapi yang dillakukan justru kekerasan.

"Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayatNya? Sesungguhnya orang-orang zalim itu tidak beruntung." (6:21)

Kasihan mereka yang menunggangi agama demi urusan politiknya. Demi nafsu kekuasaanya. Demi kursi yang ia idam-idamkan hingga membutakan hati dan segala akalnya. Mereka tidak seberuntung Al-Muthaharun yang telah dibersihkan hatinya sehingga menjadi Al-Mutahabbina Fillah, mereka berkumpul karena saling mencintai.

Hanya saja di sisi lain, sesuatu yang edan sangat diperlukan untuk berani merubah dan menerobos kebodohan dan segala kegagal-pahaman untuk memaknai yang sejati. Berani memikirkan segala cara tak memperdulikan siang dan malam yang selalu bergantian tanpa bisa untuk diperlambat. 

Kita akan menganggapnya gila, bodoh. Dan perlu kita ketahui jika di akhir zaman justru orang yang kita anggap bodoh itulah yang akan memimpin. Wallahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun