Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Essai | Orang (Tidak) Cerdas!

17 Mei 2019   16:00 Diperbarui: 17 Mei 2019   16:03 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar pixabay

Siapa sih orang yang tidak ingin cerdas. Cerdas seperti gabungan antara kepintaran dan ketangkasan. Kepintaran tanpa ketangkasan dalam menangani sesuatu bukan berarti ia cerdas. kalau sekedar tangkas tanpa kepintaran berarti ia tekun atau rajin.

 Anda yang membaca ini sedang membaca tulisan Si Penyamun Kata (bukan penulis)  yang tidak memiliki kriteria satupun dari sifat-sifat yang tercantum. Dibilang tangkas, koq kerjaannya hanya duduk. Dibilang pintar, koq lulus kuliah saja engga. Apalagi dibilang cerdas, lha wong kerjaannya tidak jelas. Jadi jika andai mulai tidak percaya saya harap bacanya cukup sampai titik berikut.

Kalau anda masih meneruskan berarti anda saya bilang cerdas karena masih penasaran kenapa saya masih menyamun kata. Salah satu alasan nunyuk-nunyuk keyboard adalah ketidakpintaran saya akan ilmu, makanya saya akan memberi sedikit demi sedikit. Kalimat demi kalimat. Huruf demi huruf. Yang saya sendiri tidak pernah merencanakan saya akan menulis apa, kecuali reportase.

 Kebiasaan buruk itu telah membuat apa yang saya tulis menjadi sangat acak. Tidak ada kolerasi antara kalimat satu dengan kalimat berikutnya. Jika anda waras, pasti akan sangat malas membaca essay ini. Di satu sisi karena Si Gak Jelas ini sendiri memang tidak cerdas.

Salah satu yang mungkin paling saya ingat adalah ketika senior saya di kantor mengatakan saya tidak sehat karena kebiasaan merokok saya. Dia berpendapat bahwa merokok sangat merugikan bagi tubuh manusia. Tapi saya memiliki pendapat lain, bagi saya rokok adalah makanan bernutrisi yang menyegarkan pikiran saya ketika sedang cumpet , menjadi teman bahkan sahabat ketika sendiri. Menjadi jodoh ketika jari jemari mulai penat menekan tombol-tombol keyboard.

Saya mungkin termasuk orang tidak cerdas yang ngeyel. Bayangin aja mesti sebel, kan!  Karena ketidaktahuam saya, ketidakmengertian saya, kegagalfahaman saya terhadap ilmu yang entah mengapa amat terlalu luas. Lantas saya definisikan diri saya menjadi manusia paling bodoh yang bahkam rumus "to be rich" pun selalu gagal aku fahami.

Untuk segera tidur tepat waktunya saja selalu tidak bisa. Ketidakcerdasanku menuntutku untuk melk sampai mata ini tertidur dengan sendirinya. Tanpa mengenal waktu ataupun terbatasi waktu. Begitu juga dengan asupan nutrisi. Saya bersyukur menjadi orang jawa, yang suka makanan manis. Akan tetapi, saya tidak pernah membatasi makanan apapun untuk menjadi asupan. Apalagi jika makanan itu pemberian orang lain. Tanpa pernah peduli gula, kolesterol, asam urat, ataupun yang lainnya.

Ketidakcerdasan ini hanya mengetahui kalau apapun yang berlebihan itu tidak baik. Kita memiliki standar kesehatan yang mungkin hanya kita sendiri yang mengetahui. Ada yang tiap hari hidup hanya membutuhkan biaya paling tidak seratus ribu. Hanya terkadang uang segitu terlalu mewah bagi orang yang tidak cerdas yang selalu terinjak-injak seperti saya. Yang selalu dijadikan target neo-kapitalisme karena harga tenaga kami sangat murah.

Standar hidup kami yang biasa-biasa. Makan apa adanya, ada ikan ya makan ikan, adanya tempe ya alhamdulillah, gak ada apa-apa ya puasa sebentar. Biarlah mereka menganggap ketidakcerdasan kami sebagai sebuah paradigma. Mereka berdiri di atas kami, mengeruk harta alam kami, parahnya mencoba menginjak-injak kami bahkan menghina kami.

" . . .tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. 2 : 216)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun