Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Selamat Datang di Negeri Syirik!

4 Mei 2019   11:53 Diperbarui: 4 Mei 2019   12:10 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dimana efek yang terjadi disitu pasti ada pertumpahan darah bahkan nyawa. Saya kira tidak pernah, kecuali lawannya yang selalu mengusik terlebih dahulu.

Kitab suci itu menurut saya hanya Al-Qur'an, sedangkan Hadits bukanlah kitab suci dan masih sangat dimanipulasi oleh orang-orang tertentu yang sejalan dengan nafsunya. Bukankah Rasulullah ditugaskan tidak untuk mengajarkan agama, melainkan Rasulullah hanyalah sebaik-baik manusia yang bertugas mengajarkan akhlak yang mulia. 

Jadi, jika suatu gerakan yang mengatasnamakan agama tapi mengandung efek penindasan dan pertumpahan darah, tanpa jalan perundingan terlebih dahulu. Jelas itu sudah tidak menunjukkan contoh akhlak yang mulia.

Tapi kontes politik tahun ini sarat dengan unsur ulama di kedua belah pihak. Saya selalu coba berkhusnudzon mungkin para ulama itu memang ditugaskan untuk membenahi kondisi negara. Dan di masing-masing pihak itu pun saya melihat garis besarnya hanyalah perbedaan porsi kekuasaan dalam citra aliran agama yang dianutnya. 

Seseorang belajar agama itu sesuai dengan kondisi ahwal para gurunya. Jika gurunya keras dalam beragama, sudah pasti muridnya pun akan begitu. Walaupun yang dibilang keras tidak terima jika dikatakan keras dengan asumsi mereka lebih ke sifat para khalifah yang memiliki sifat yang berbeda-beda. Oke, begitu pun tidak masalah.

Bahkan melemparkan tuduhan curang terhadap oposisi menurut saya itu suatu tindakan pengecut. Bagaikan anak kecil yang suka mengadu kepada orang tuanya. Sama sekali tidak bersifat layaknya seorang ksatria. Apalagi dengan banyaknya ulama bukankah sudah seharusnya ada suatu jalan perundingan untuk mencari perebutan yang tidak masuk akal ini.

Sudah jadi suatu kepastian jika kedua-keduanya pasti ingin berbuat baik kepada Indonesia. Mumpung banyak yang (katanya) ulama terlibat, bukankah perdamaian itu seharusnya tetap terjaga? Bukannya semakin banyak ulama malah semakin banyak keegoisan terjadi dimana-mana, apalagi ini hanya sebatas politik memperebutkan kekuasaan. 

Dimana, seorang yang paham agama pun seharusnya menghindarkan diri dari perebutan seperti itu. Apalagi dengan jalan menjelek-jelekkan yang lain.

Apakah ini zaman akhir dimana mulai muncul orang-orang yang merasa benar dalam beragama tapi tak lebih dari sebatas kerongkongan? Agama tidak perlu dibela, justru kamu yang membutuhkan pertolongan agama. Kecuali ada yang bermasalah dengan dirimu, terutama nafsu. Jihad melawan kedholiman? Emang seberapa besar jihadmu terhadap nafsumu sendiri? Tapi, negeri ini mungkin sudah terbalut kesyirikan. 

Syirik bukan sebatas menyembah selain Allah, tapi syirik itu ketika engkau berbuat jahat kepada saudaramu, dan disaat bersamaan engkau berharap Allah memihakmu. Semoga jangan sampai ada ahmaq diantara kita,

Ya, beginilah jika ulama akhirnya hanya dimaknai sebatas profesi. Terlalu banyak orang pintar, sih! Menenangkan dan menetramkan, bukan? Selamat datang di negari syirik!

Sabtu, 4 Mei 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun