Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Essai | Temaram Rindu

23 November 2018   15:16 Diperbarui: 23 November 2018   16:05 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mertoyudan, Magelang (dokpri)

Temaram malam itu membawa kehangatan setelah guyuran hujan yang membasahi pelataran tempat kami saling-sapa. Bulan pun mulai keluar dari persembunyiannya, seolah tak malu lagi menunjukkan rupanya memberi secerca cahayanya malam itu. 

Gantungan bolam lampu berisikan tanaman mungil membiaskan keceriaan raut-raut bersahaja yang akan merubah kepenatan menuju kebahagiaan bersama.

Segala bentuk pertemuan merupakan sebuah anugerah karena selalu mengandung berbagai berkah, baik itu dalam kebahagian ataupun kesedihan yang terwujud dalam proses berbagi rasa ketika saling menyapa. Segala ekspresi tersirat mesti dijaga agar lajur kebahagiaan tidak keluar dari koridornya. Senyum, tawa, ataupun canda tetap menyelimuti kami walau malam itu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari.

Seorang pemuda berambut ikal acak-acakan dengan jaket jeans dengan bawahan sarung cokelatnya menjadi aktor utama pada malam itu. Harus memasrahkan diri untuk rela menjawab segala pertanyaan yang ditujukan kepadanya. 

Dia memberikan kami bahagia dengan cuma-cuma dengan pengalaman yang menurutnya merupakan guru yang paling berharga. Itu pasti! Karena segala macam ilmu pengetahuan pada akhirnya hanya tidak berguna ketika kita bertemu hakikat kesejatian. Atau malah bisa sebaliknya, kita akan menemukan hakikat itu setelah mengarungi berbagai bentuk dan macam ilmu.

Seperti halnya rasa yang selalu mengacak-acak akal sehingga kejernihan berfikir terasa sangat sulit untuk dilakukan. Sebuah kata 'kecewa' misalnya, sebagai manusia yang dibekali rasa sangatlah tidak mungkin jika manusia bisa menghilangkan salah satu komposisi rasa, misalnya 'kecewa'. Karena bagaimanapun dari proses kecewa itulah kita dapat mengalami serta menahami rasa 'senang'. 

Dalam konteks sebuah rasa ini, tidak hanya dalam kecewa-senang, begitupun rasa yang lain seperti sedih-bahagia, miskin-kaya,salah-benar, benci-suka, dan segala rasa lainnya. Mereka mempunyai antonim kata seperti lingkaran yang akan terus berulang. 

Kedewasaan berfikir disini akan nampak apabila rasa yang berkonotasi negatif dapat disembunyikan dan merubahnya menjadi rasa yang berkonotasi positif ketika mengekspresikan rasa yang disampaikan. Selalu memposisikan diri berada di tengah jebakan-jebakan rasa.

Pas, cukup, ataupun adil yang selalu diartikan sesuai pengalamannya melihat berbagai alur kehidupan, sehingga terbiasa berakhir hanya pasrah pada arti umum, yaitu tergantung pada subjeknya dan empan papannya. Hal tersebut seperti sebuah pelarian dari cara berfikir. Sebuah pembelaan karena kita takut kalah,karena dengan jawaban itu seharusnya ia mengetahui bahwa sangatlah tidak mungkin untuk berbuat adil, khusunya kepada khalayak ramai.

Semakin menjelang fajar, di pendopo Jodho Kemil ini seharusnya semribit anginnya dengan ruangan terbuka dan halaman taman yang luas. Akan tetapi, topik yang semakin menuju ke 'peniadaan diri' ini seperti merubah hawa dingin menjadi kehangatan bersama. Yang dibalut dengan tawa dan canda. Sebuah peniadaan diri merupakan cara untuk menemukan kesejatian. Kita mesti melepas segala tendesi untuk merasakan belaian mesra Sang Hyang.

"Ketika kamu mengingat-Ku, Aku akan duduk disampingmu." Objek 'mengingat' itu sendiri, khusunya Tuhan tidak melulu harus me-lafadz-kan vokal arab. Cukup duduk bersama, bercanda-tawa, sambil membayangkan Dia melihatmu, mengawasimu. Meskipun Dia tidak hadir seolah mangkir, tapi Dia-lah yang menciptakan kehadiran dan ketiadaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun