Mohon tunggu...
Almira Tatyana
Almira Tatyana Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya Mahasiswa

Seorang terpelajar harus sudah adil sejak dalam pikiran maupun tindakan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

TikTok dan Darurat Figur Anak

5 Agustus 2018   10:15 Diperbarui: 5 Agustus 2018   10:39 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa waktu lalu jagat dunia maya tanah air dihebohkan dengan berita mengenai beberapa artis Tiktok yang memasang tarif harga yang tinggi untuk acara meet and greet. Yah meskipun  tidak pernah menggunakan aplikasi tersebut namun saya cukup mengamati bagaimana dampak dari aplikasi namun ternyata aplikasi ini terus menerus hadir di kehidupan sekitar saya. Saya ingat bebebrapa bulan lalu tiba tiba sepupu saya menanyakan adakah saya tahu beberapa nama akun instagram yang sama sekali tidak pernah saya dengar dan tahu keberadaanya di jagat bumi maya, mungkin karena saya memang kurang update dan tidak terlalu memperdulikan hal hal semacam itu lagi. Tapi karena saya sempat menguping percakpaan adik sepupu saya yang masih duduk dibangku SD kelas 6 dan teman sebayanya yang terus menerus menyebut nama nama itu maka saya yang kepo melakukan pencarian terhadap akun akun itu. Ternyata akun akun itu memilki keterkaitan satu sama lain , mereka adalah artis artis tiktok atau dubsmash yang mempunyai folowers ratusan ribu, memposting video hasil kreasi mereka serta mengendorse barang barang kekinian yang lagi hits. Saya yang penasaran terus seluncuri dan membuka profil mereka satu satu, rata rata akun akun ini dimiliki oleh remaja tanggung yang usianya dibawah saya dan belum menyelesaikan studi sekolah menengahnya.

Saya akui bahwa pemilik pemilik akun tersebut mema mempunyai wajah yang good looking, fashion yang kekinian banget dan pede untuk tampil didepan kamera. Wajar saja remaja remaja putri baru puber macam sepupu saya itu begitu tergila gila pada mereka dan menjadi bahan pada setiap obrolan di pergaulan, namun pertanyaan yang terbesti di pikiran saya adalah adakah ada apa dengan figur yang lain?

Menurut KBBI figur adalah tokoh atau peran, sedangkan untuk kasus seperti artis tiktok tersebut mereka bisa didefenisikan sebagai Figure yang dalam kamus MerriamWebster diartikan sebagai seseorang yang populer dan dibicarakan oleh banyak orang. Dalam kasus ini adik sepupu saya dan mungkin banyak remaja seumur lainnya yang sadar tak sadar telah menjadikan mereka Figur.

Tidak ada yang salah dengan itu, dalam tulisan ini saya juga tidak ada maksudan untuk memblame para artis tiktok yang diidolakan oleh sepupu saya itu, toh juga tidak merugikan saya dalam hal apapun tetapi saya jadi berkaca pada masa kecil saya dan beberapa figur yang hidup dalam ingatan dan imajinasi masa kecil. Dulu karena ditularkan oleh orangtua saya yang membiasakan diri saya untuk membaca buku sedari kecil maka figur figur yang menjadi idola saya adalah figur hasil imajinasi novelis anak anak macam Enid Blyton dengan Lima Sekawan Julian Dick George Anne dan Timmy-nya ,atau  J.K Rowling dengan Harry Potter dan surat Hogwarts yang dulu saya tunggu tiap tanggal 1 Septembernya dan sebagainya. Tokoh tokoh fiktif itu menghiasi masa kecil saya dan membuahkan  hasil campuran cerita pengarang pengarang hebat tersebut serta imajinasi saya bahkan mentrigger saya untuk menulis cerita yang mirip mirip dengan yang saya baca Itu. Secara tidak langsung saya menjadikan tokoh tokoh dalam cerita cerita tersebut sebagai panutan masa kecil saya. Jika saya sedang membaca Lima Sekawan maka saya akan sangat mengagumi keberanian dan tanggung jawab Julian terhadap adik adiknya ataupun kepintaran Hermione yang coba saya turuti. Semua itu tanpa sadar membentuk karakter diri masa kecil saya dan secara tidak langsung berpengaruh pada masa perkembangan saya.

Hal diatas hanya contoh kecil yang berkaca pada masa kecil saya, mungkin anak anak lain jaman saya dulu punya figur lain yang menghidupi masa kecil mereka. Sejujurnya juga dulu saya susah untuk mencari tokoh panutan atau referensi figur yang bisa saya contoh. Didalam media hiburan seperti televisi televisi yang jaman saya  dulu menjadi hiburan utama  sebagian besar anak anakpun, sedikit sekali memunculkan seorang figur yang pure anak anak dan bisa menjadi panutan bagi anak anak lainya. Mirisnya ketika ada seorang figur anakpun mereka malah dituntut untuk bertingkah dan "didandani" layaknya orang dewasa dengan segala drama drama kehidupan yang tidak sesuai dengan umur saya pada saat itu. Saya jadi teringat tayangan sebuah ajang pencarian bakat yang dulu sempat saya ikuti, konsepnya cukup menarik dan konten yang ada sesuai dengan anak anak-Saya baru bisa menilai sekarang apa yang seusai bagi anak ana karena dulu tidak ada standar apa itu "sesuai" bagi anak anak- namun ketika sudah mulai ada acara tangis tangisannya Ayah saya langsung menyuruh untuk berhenti menonton acara tersebut. Maka saya benar benar berhenti menonton ajang pencarian bakat tersebeut pada minggu berikutnya. Selain kedua orangtua saya yang dua duanya bekerja, saya sebagai kakak pertama yang malah seharusnya menjadi figur bagi adik saya. Mungkin saya bersyukur sekarang  karena orangtua saya meengakrabkan pada buku sehingga bisa menjadi referensi saya dalam melakukan pencarian jati diri khas anak anak tersebut yang juga sebagai fondasi dasar dari pembentukan jati diri saya kelak.

Saya tidak bisa mendefinisikan bagaimana figur yang ideal dan pantas menjadi panutan untuk anak anak seumur saya tersebut. Saya tidak menemukan hal tersebut pada materi materi yang ditanamkan atau buku buku yang diajarkan di sekolah. Masing masing keluarga pun mempunyai standar masing masing bagaimana mencari figur untuk anak anaknya atau bahkan mungkin malah tidak ada. Tetapi menurut awam seperti saya figur yang ideal adalah yang bisa mengarahkan kepada hal hal baik yang berlaku dalam tatanan masyarakat dan menyesuaikan dengan tingkah alamiah kepolosan anak anak.

Menurut saya tidak ada yang salah kok menjadikan artis artis tiktok tersebut sebagai figur untuk mereka. Tidak semua anak bisa mengakses buku cerita anak yang bagus ataupun tayangan tv anak anak berbayar dari luar yang sudah jelas mutunya. Akses disini juga bukan hanya berarti sekedar materil saja namun didukung juga kesadaran untuk memperoleh hal hal tersebut.  Diluar dari kontoversi meet and greet yang mematok biaya cukup tinggi untuk ukuran umur mereka ataupun gaya hidup kekinian yang cenderung hedon- Saya bilang begini karena melihat sepupu saya yang beranggapan Iphone yang harganya tidak murah itu dan dipakai artis artis tersebut adalah lambang kekinian yang mutlak- yang selalu mereka tampilkan. Tidak salah juga jika sosok mereka lambat laun memberi pengaruh entah itu pengaruh yang positif ataupun negatif terhadap remaja remaja yang baru mengalami masa pubertas itu. Kita tidak bisa mengelak pengaruh teknologi dan internet yang menjadi warna bagi masa kecil mereka sangat amat mempengaruhi pada siapa mereka berpanut. Toh di undang undang juga tidak melarang. Namun saya berkesimpulan bahwa kita memang memang darurat figur figur yang siapa tau bisa mengarahkan aset aset bangsa ini menjadi lebih baik lagi.

Palembang 5 Agustus 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun