Tangisku makin pecah ketika kulihat lembar lembar hari setelah pernikahan kami hanya bertuliskan kata maaf yang juga setulus kalbu, sebesar lelaki itu menyayangiku.Â
Kulihat lelaki itu datang dengan setelan jas yang aku jahitkan dan tau setiap detail. Langkahnya terpaku ketika ia melihatku sudah selesai membaca buku harianku sendiri
"Maaf" katanya, tercekat
"Sudah kumaafkan" ujarku  "Dari dulu" tulus.
Semenjak pagi itu dan seterusnya aku bersedia menemaninya nikmati kopi seperti dulu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!