Mohon tunggu...
Tatia Traveller
Tatia Traveller Mohon Tunggu... Penulis - Sosiologist, Ibu tiga anak yang suka menulis, traveling dan makan enak.

Penulis buku Cara Mencegah Selingkuh dan Cerai, Cegah dan Deteksi Kanker Serviks, Bahaya Alkohol dan Cara Mencegah Kecanduannya, Love and Shock, Hidangan Fav Mediterania. Sosiolog, dan pemerhati the whole universe. Menetap di Yunani sejak 2003. Saat ini sedang senang menulis tentang kesehatan, mind and body.http://www.tatiatravels.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

YUNANI BAGAIKAN PERANG DUNIA KE-2

1 Maret 2016   12:02 Diperbarui: 1 Maret 2016   12:37 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Para pengungsi di pelataran"][Sumber Photo ; Kathimerini]

Sudah beberapa bulan ini setiap hari di layar televisi senantiasa diberikan masalah pengungsi dari Syria, Afghanistan dan negara lainnya memasuki wilayah Yunani. Mereka datang dengan perahu-perahu dari Turki. Jutaan pengungsi akibat perang Syria bahkan juga dari negara lainnya membanjiri pulau-pulau Kos, Lesbos, Mitilini, Patmos  dan pulau lainnya yang langsung berbatasan dengan  Turki.

Yunani yang sudah menderita akibat krisis moneter berkepanjangan. Bahkan capital control yang diterapkan oleh pemerintah dan Uni Eropa Bank; masih terus berlangsung. Capital control yang membatasi penarikan tunai hanya 60 euro per hari dan tidak membolehkan mengirim uang ke luar egeri baik dalam bentuk transfer mau pun cash. Western Union di Yunani hanya untuk menerima saja. Bahkan juga penduduk yang ingin membuka rekening baru juga tidak diizinkan.

Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiscus dalam pidatonya 4 hari lalu di Vatikan ; memberi simpati kepada negara Yunani dan penduduk Yunani yang berada di barisan paling depan dalam menghadapi kedatangan pengungsi dari Syria, Afgahnistan dan negara mahgrib lainnya. Walau pun Yunani mayoritas penduduknya Kristen Ortodox. 

Krisis pengungsi yang sudah memasuki pusat kota Athens, sangat memprihatinkan kedua belah pihak. Baik di sisi pengungsi sendiri yang tujuan utamanya bukan untuk menetap di Yunani tapi tujuan mereka adalah negara Eropa yang lebih baik perekonomiannya; seperti Jerman, Perancis, Norwegia. Krisis ini semakin parah setelah Skopia atau FROM menutup perbatasan mereka, sehingga jutaan pengungsi tersendat semua di wilayah Yunani. 

Ketegangan semakin diperparah dengan sikap Austria yang dipimpin oleh Menlu yang maish berusia 29 tahun. Yang ingin agar Yunani keluar dari Schengen dan membiarkan Yunani menjadi tempat shelter bagi seluruh pengungsi. Alasan mereka karena pengungsi akan membawa dampak akibat perubahan situasi di Eropa. Bahwa negaranya adalah negara Kristen bukan negara Khalifah. Bahkan Austria memveto pemberian hadiah Nobel bagi orang Yunani yang menyelamatkan ribuan nyawa anak-anak dan wanita di laut.

Tekanan dari negara-negara Eropa lainnya agar Yunani bisa mengontrol kedatangan para pengungsi, sangat tidak masuk akal. Bagaimana membatasi dan mengontrol perbatasan yang langsung berhadapan dengan laut lepas. Pantai-pantai di Yunani yang rata-rata tanpa penjaga. Juga bukan sifat orang Yunani yang tega membiarkan para pengungsi menderita kelaparan, kedinginan. 

Di layar kaca tv setiap hari tampak mayoritas pengungsi adalah wanita dan anak-anak. Mayoritas pengungsi adalah pasangan muda, hingga banyak ditemukan wanita-wanita sedang hamil. Anak-anak balita diantara mayoritas pengungsi. Ribuan hingga jutaan pengungsi kini sudah masuk ke Yunani. Diantara pro dan kontra. Masih ada orang Yunani yang sudah pensiun rela membelikan pakaian dan membagikan makanan ke para pengungsi yang kini sudah berada di Pelataran Victoria Athena, di Pelabuhan Pireus dan tersebar di banyak kepualauan. Mereka tidur di alam terbuka, di taman-taman dan di emperan jalan. Walau pun suhu udara di Yunani yang hangat  berkisar 20 - 25 C namun pada malam hari dingin masih menusuk bisa mencapai 8 C.

Yunani kini situasi nya bagaikan perang dunia ke-2. Para pengungsi sangat mudah dikenali, karena semua muslim dan berhijab serta prianya rata-rata berjanggut. Kini pemerintah Yunani didesak dan ditekan oleh UNI EROPA untuk segera membangun "HOT SPOT" atau tempat para pengungsi menetap yang layak. Jika tidak EU mengancam akan mengeluarkan Yunai dari Schengen. Yunani yang sudah ditekan dengan perjanjian moneter saat diberi pinjaman oleh EU kini masih ditekan lagi untuk meneyediakan shelter-shelter. Dirubahlah bekas stadion yang terbengkalai; dibuat penampungan dan tenda-tenda serta bangunan yang layak untuk  pengungsi. Hal yang tidak pernah dilakukan oleh negara lain, menyediakan tempat-tempat "HOT SPOT" di pulau-pulau obyek turis. 

Namun dari pihak pengungsi bukannya berterima kasih kepada Yunani; mereka tetap meminta akan segera perbatasan Skopia atau FROM dibuka agar mereka bisa lewat, walaupun mayoritas berjalan kaki menuju negara impian mereka ( Jerman, Norwegia, Swedia, Perancis, dll). Karena memang sejak lama Yunani menjadi negara batu loncatan saja pagi para pengungsi untuk mencapai engara Eropa lainnya. Kita ketahui para pengungsi bukan saja untuk lari dari situasi perang, tetapi juga mereka ingin mencari kerja. Tiba di Jerman mereka dibayar UMR dan hal ini mejadikan banyak warna Eropa yang menjadi pengangguran. Karena pengungsi mau dibayar upah minim.

Semoga krisis pengungsi dan krisis ekonomi di Yunani dapat kami atasi. aamiin.

Elefsina, 1 Maret 2016

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun